Menjadi Generasi Ilahi
Generasi ilahi memberi diri mereka dipimpin oleh Roh! Apa yang berlaku bagi mereka adalah perkataan Allah, bukan perkataan diri sendiri atau dunia.
Pada masa itu Firman Tuhan jarang. Penglihatan-penglihatan pun tidak sering. Tidak ada yang menyangka bahwa anak yang dahulu berada di bawah pengawasan imam Eli itu bangkit menyampaikan Firman Allah di tengah bangsa yang tengah mengalami kekalahan demi kekalahan dari musuh-musuhnya.
Namanya Samuel. Ke manapun ia melangkah, maka di sana ada Firman Allah yang dinyatakan dan tidak pernah dibiarkan gugur. Perkataannya sampai ke seluruh Israel, membawa kembali suara kenabian yang telah lama hilang dari tanah Israel. Dari hidupnya raja-raja lahir, generasi yang mengingat dan mengasihi Allah dibangkitkan karena Firman Allah kembali dinyatakan di tengah-tengah suatu bangsa.
Inilah potret sebuah generasi ilahi. Generasi yang lahir dari roh dan berjalan dalam pimpinan roh sehingga membawa dampak ilahi di manapun mereka berada. Alkitab dipenuhi kisah orang-orang yang bangkit menjadi—dan melahirkan—generasi ilahi melalui hidup mereka. Dan ya, di akhir zaman ini, Allah juga ingin membangkitkan suatu generasi ilahi yang akan menyatakan Firmannya dengan kuat di tengah-tengah generasi dan bangsanya.
Lahir dari Roh
Sebuah generasi ilahi dilahirkan dari Roh dan bukan dari daging. Mereka adalah orang-orang yang dilahirkan kembali dari air dan Roh (Yohanes 3:5-6) yakni orang-orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat atas hidupnya.
Kelahiran kembali atau lahir baru tidak dihasilkan melalui sebuah “aktivitas rohani”, “pelayanan”, atau “program gereja” tetapi dari hati yang hancur dan rindu untuk mau meninggalkan dosa dan memberi diri sepenuhnya dipimpin oleh Roh Allah. Ada banyak orang hanya menjadi “Kristen” dan memenuhi jadwal hidup mereka dengan berbagai aktivitas rohani dan pelayanan tanpa pernah mengalami lahir baru. Ada juga banyak orang yang mengalami lahir baru dan berhenti di sana.
Padahal lahir baru hanyalah awal dari rencana Tuhan yang besar atas hidup setiap orang. Tuhan ingin agar setiap kita terus dipenuhi oleh Firmannya, bertumbuh dewasa dan menjadi sebuah generasi ilahi bagi-Nya di muka bumi.
Dipimpin oleh Roh
Roma 8:14 menyatakan Semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah. Setelah lahir baru, setiap kita dipanggil untuk berjalan dipimpin oleh Roh Allah. Artinya, kita belajar untuk tunduk pada setiap perintah Allah, bukan lagi pada keinginan dan pertimbangan-pertimbangan kita sendiri.
Mereka yang dipimpin oleh Roh akan menjadi berbeda dengan dunia. Mereka akan menjadi berbeda dengan “orang kebanyakan”. Mereka tidak peduli pada penilaian dunia atas hidup mereka—mereka tidak butuh pertimbangan siapapun untuk melakukan Firman. Ketika mereka mendengar Firman, mereka akan melakukannya meski itu mungkin membuat mereka terlihat aneh. Ya, mereka menguduskan dirinya untuk Allah.
Mereka akan mulai melihat seperti Allah melihat, mengerjakan segala sesuatu dengan cara-cara ilahi, dan memasuki jalan-jalan yang Ia tetapkan atas hidup mereka. Mengapa bisa demikian? Karena mereka memberi diri mereka dipimpin oleh Roh! Apa yang berlaku bagi mereka adalah perkataan Allah, bukan perkataan diri sendiri atau dunia.
Perkataan Allah akan membangkitkan iman di hati kita dan kekudusan akan memampukan kita untuk melihat apa yang tidak terlihat. Samuel sanggup melihat sosok raja yang berkenan di hadapan Tuhan pada diri Daud yang masih sangat muda dan saat itu bahkan tidak diperhitungkan oleh keluarganya sendiri. Yosua dan Kaleb tetap sanggup melihat mereka menduduki tanah perjanjian sekalipun mereka melihat raksasa-raksasa yang menduduki negeri itu. Mereka tidak menyerah atas janji Allah sekalipun seluruh bangsa Israel telah menyerah dan rekan-rekan mereka bahkan mengintimidasi mereka.
Generasi ilahi tidak menggunakan lagi pertimbangan-pertimbangan manusiawinya. Mereka mengarahkan mata mereka pada Allah dan berjalan ke manapun Allah menuntun mereka. Mereka tidak dapat dihentikan oleh apapun. Mereka menerobos ke manapun mereka melangkah, sebab Roh Allah yang berjalan di depan mereka adalah Penerobos! (Mikha 2:13)
Membawa Dampak Ilahi
Karena berjalan bersama Allah di muka bumi, generasi ilahi akan membawa dampak di manapun mereka berada. 1 Yohanes 5:4 dengan kuat menyatakan pada kita bahwa “semua yang lahir dari Allah mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.”
Setiap kita dipanggil untuk mengalahkan dunia! Kita dipanggil untuk membawa dampak, bukan terdampaki, untuk mengubah arus, bukan terbawa arus. Sekalipun berada pada masa di mana Firman Tuhan jarang dan di bawah pengawasan imam Eli yang tidak menghormati Allah sebagaimana mestinya (1 Samuel 2:29), Samuel tetap mengalami perjumpaan dengan Allah dan dipenuhi Firman Tuhan. Kondisi seburuk apapun tidak akan mampu menghalangi kita untuk mengenal dan berjalan bersama Allah!
Demikian juga Kaleb, sekalipun berada di tengah bangsa yang tegar tengkuk dan keras hati, dapat memiliki roh yang berbeda, yaitu roh yang mengikuti Allah sepenuhnya, sehingga memiliki respon yang berbeda dari generasinya (Bilangan 14:24).
Tidak aneh bahwa lanjutan dari kisah-kisah di atas adalah Samuel semakin kuat dan dipakai Allah untuk kembali menyatakan kehendak Allah atas Israel, Yosua dan Kaleb menerima penggenapan janji Allah menduduki tanah perjanjian. Tak hanya itu, keduanya lalu membangkitkan generasi berikutnya yang juga mengenal dan mengasihi Allah! Mereka mengubah bangsa dan generasinya, mereka meninggalkan sebuah dampak yang ilahi dan kekal di muka bumi.
Lihat, bukankah semua yang lahir dari Allah mengalahkan dunia?
Siapakah kita?
Di masa kini, di manakah generasi ilahi-nya Allah? Adakah pribadi-pribadi yang mau untuk dibentuk menjadi sebuah generasi ilahi? Adakah pribadi-pribadi yang mau dilahirkan dari Roh, dipimpin oleh Roh dan memberi diri untuk diproses, dibentuk oleh Allah sendiri untuk membawa dampak ilahi di tengah generasi dan bangsanya?
Saat ini Allah memanggil setiap kita untuk bangkit, meninggalkan setiap keengganan atau keragu-raguan, mengenyahkan setiap kemalasan dan pertimbangan. Mari bangkit dan bersungguh hati mengenal Allah. Sungguh apa yang Ia tetapkan jauh melampaui apa yang dapat kita doakan atau bayangkan!
Murid-murid Tuhan yang terkasih, mari jangan buang waktumu, bangkitlah menjadi generasi ilahi-Nya di zaman ini! Ini waktunya Firman dan kemuliaan-Nya dinyatakan kembali. Ini saatnya, suara kenabian disuarakan kembali ke tengah-tengah bangsa dan generasi kita.
Oleh Viona Wijaya
- Published in Artikel
Yesus sebagai Tuhan
Sebelum bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat, seseorang mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya berdasarkan ego dan keinginannya sendiri.
Namun setelah bertobat, Tuhanlah yang mempunyai wewenang atas hidup kita.
Dalam aspek-aspek kehidupan, kehendak siapakah yang akan anda laksanakan? Kehendak pribadi atau kehendak Tuhan. Orang Kristen sungguh-sungguh biasanya akan dengan cepat menjawab; “Tentu kehendak Tuhan!”
Berjalan dalam kehendak Tuhan berarti menjadikan Tuhan yang berwenang memerintah dan mengatur kehidupan kita. Tuhan menjadi otoritas tertinggi dan terutama. Namun tak jarang, kita menyatakan Tuhan adalah raja, tapi sebenarnya kita tidak sedang memposisikan Yesus sebagai Tuhan dan Raja. Hal tersebut dapat tercerminkan melalui cara seseorang mengambil keputusan ataupun perilaku dan gaya hidupnya.
Pengenalan Yesus sebagai Tuhan tidak terpisahkan dengan momentum dimana seseorang menerima Yesus menjadi Juruselamat dalam hidupnya. Tuhan menyelamatkan kita dan membeli hidup kita secara lunas dengan darahNya. Secara otomatis status kepemilikan hidup kita pun berubah. Hidup kita bukan lagi milik dosa dan juga bukan lagi milik kita sendiri. Hidup kita adalah milik Kristus.
Ketika kita menyadari bahwa kita adalah milik Kristus, maka tentu kita tidak lagi dapat secara sembarangan menentukan arah jalan hidup kita. Dahulu sebelum bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat, seseorang mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya berdasarkan ego dan keinginannya sendiri. Namun setelah bertobat, Tuhanlah yang mempunyai wewenang atas hidup kita.
Tuhan mempunyai wewenang penuh atas keputusan dan rancangan yang akan kita lakukan. Tuhan yang memerintah dalam pikiran, keinginan, tindakan, dan masa depan kita. Sebagai gambaran praktis, jika kita mempunyai suatu rancangan cita-cita di masa depan, seharusnya rancangan tersebut bukan lagi berdasarkan ego kita sendiri. Kita harus mencari tahu apa yang menjadi rancangan Tuhan untuk masa depan kita. Contoh lainnya saat kita akan memilih pekerjaan. Kita memilih bukan lagi berpusat pada kemauan diri sendiri tapi seharusnya berdasarkan pekerjaan apa yang Tuhan suruh untuk saya kerjakan.
Pengenalan Yesus sebagai Tuhan haruslah kita terapkan dalam seluruh aspek kehidupan kita. Tidak terkecuali satu aspek pun. Tuhan menjadi raja atas cita-citamu, di tengah keluargamu, dalam pekerjaan, dalam keuangan, atau dalam menentukan pasangan hidupmu. Buah dari pengenalan tersebut juga akan membuat kita tidak lagi bertindak serampangan. Pikiran, perkataan, atau perbuatan tidak untuk memuaskan ego, tapi berdasarkan kehendak Tuhan yaitu Firman Tuhan.
Jadi sudahkah Yesus menjadi Tuhan dalam hidup kita?
Oleh Lasma Natalia Panjaitan
- Published in Artikel
Menjadi Dewasa dalam Kristus
Respon kita terhadap proses-proses itu akan menentukan apakah kita akan menjadi dewasa atau tetap menjadi anak kecil.
Kedewasaan adalah buah dari setiap keputusan yang benar, yang kita ambil.
Banyak orang berkata bahwa dewasa merupakan suatu proses akan dialami semua orang secara alami—bahwa dewasa merupakan sebuah kepastian. Kebanyakan orang berpikir bahwa karena semua orang akan bekerja, yang berarti mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri atau bahwa semua orang akan menikah, yang berarti sanggup mengambil keputusan sendiri.
Apakah menjadi dewasa adalah hal yang otomatis terjadi sebagaimana dikira banyak orang? Apakah boleh disimpulkan bahwa orang yang sudah bekerja dan sudah menikah berarti kedewasaannya sudah matang? Apakah status dan umur dapat menjadi ukuran kedewasaan? Pertanyaan ini mungkin sering terlintas dalam benak kita.
Secara umum dewasa diartikan sebagai tanda telah mencapai kematangan jasmani, pikiran, dan pandangan. Yang dimaksud dengan matang di sini ialah memiliki pengertian mengenai hal yang benar dan salah. Namun, apa kata Alkitab mengenai kedewasaan? Kapan dan bagaimana kita dapat menjadi dewasa?
Alkitab mencatat bahwa setiap orang harus dilahirkan kembali untuk dapat menerima Kerajaan Allah, yaitu setiap orang harus dilahirkan kembali melalui air (Firman Tuhan dan pertobatan, yang didasari oleh percaya) dan Roh (memberi diri dipimpinan Roh Allah, yang juga didasari oleh percaya) 1. Ketika seseorang dilahirkan kembali ia memasuki fase sebagai bayi rohani. Sebagai bayi, kita harus terus menerus haus dan lapar akan Firman Allah yang murni. Petrus menggambarkan hal ini sebagaimana bayi yang baru lahir hanya menginginkan air susu yang murni 2. Di fase ini, Allah menginginkan kita untuk terus menerus bergantung pada-Nya. Seperti bayi yang tidak dapat melakukan apapun tanpa bantuan orangtuanya, begitu juga Allah mau kita bergantung pada-Nya tanpa bersandar pada yang lain.
Namun Allah tidak ingin kita selamanya menjadi bayi. Tidak seperti orang tua yang terkadang menginginkan anaknya untuk terus menerus menjadi bayi atau memperlakukan anaknya seperti bayi, Allah menginginkan kita bertumbuh dan menjadi dewasa di dalam-Nya. Ketika kita terus “makan” Firman Tuhan dan melakukannya, maka kita sebetulnya akan dibawa menjadi semakin dewasa. Mengapa ingin Allah ingin kita untuk menjadi dewasa secara Roh?
Karena banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh anak kecil. Banyak cerita yang tidak dapat disampaikan kepada anak kecil. Banyak perkara yang tidak dapat dipercayakan kepada anak kecil. Anak kecil penuh dengan keterbatasan dan Yesus telah menebus kita sempurna di kayu salib agar kita tidak lagi hidup dalam keterikatan, kelemahan dan keterbatasan. Ketika kita tidak bertumbuh dan terus menjadi anak kecil, sebetulnya kita sedang mengkerdilkan karya penebusan Yesus Kristus.
Sering kali kita berpikir bahwa kita terlalu muda untuk Allah percayakan sesuatu, terlalu hijau untuk Allah beri satu perkara. Kita lupa Alkitab mencatat bahwa Daud merupakan anak muda saat ia mengalahkan Goliat. (ESV menggunakan kata youth, GNB: bahkan menggunakan kata boy). Ia masih sangat muda saat itu untuk menghadapi jenderal tentara musuh, Goliat. Bahkan tiga kakak tertuanya pun tidak sanggup berbuat apa-apa selain berceloteh 3. Ia bahkan lebih muda lagi saat menghadapi beruang dan singa untuk menjagai dua-tiga ekor domba ayahnya. Daud menjadi sangat dewasa di usia belia, di saat ia hanya menggembalakan satu-dua ekor domba.
Kita juga tidak lupa kisah Yesus duduk bertanya jawab dengan para imam dan ahli taurat mengenai Firman Tuhan di usia yang sangat muda–dua belas tahun! 4. Lukas 2:52 mencatat bahwa Ia bertambah dalam hikmat dan kedewasaan, serta dalam anugerah di hadapan Allah dan manusia dan di saat itu Ia tetap menundukkan diri pada otoritas kedua orang tuanya.
Rupanya kedewasaan rohani tidak bergantung pada usia seseorang dan kedewasaan rohani bukanlah sesuatu yang otomatis terjadi! Kunci menjadi dewasa ialah mau terus dibentuk dan bertumbuh. Seiring berjalannya waktu, Tuhan akan membawa kita pada proses-proses yang akan mendewasakan kita. Respon kita terhadap proses-proses itu akan menentukan apakah kita akan menjadi dewasa atau tetap menjadi anak kecil. Kedewasaan adalah buah dari setiap keputusan yang benar, yang kita ambil. Keputusan untuk memegang dan mentaati Firman lebih dari pertimbangan dan keinginan pribadi kita.
Seseorang yang dewasa di dalam Kristus bukan sekadar memiliki pengertian mengenai hal yang baik dan buruk, namun juga berani mengambil keputusan untuk melakukan hal yang baik dan benar dalam kondisi apapun. Jadilah dewasa dalam segala hal, tahu dan taat pada kehendak-Nya, tanpa harus diawasi. Pertumbuhan rohani hanya bisa dicapai dengan ketaatan.
Milikilah hati yang haus dan lapar serta telinga yang siap mendengar dan ketika kita mendengar suara-Nya, taatlah! Sudah saatnya kita meninggalkan setiap sifat kanak-kanak dan beranjak menjadi dewasa, menjadi penuh Firman dan kuat di dalam Kristus!
Oleh Ririn Olivia
Referensi :
- Yohanes 3:3-6
- 1 Petrus2:2
- 1 Sam 17:28
- Lukas 2:41-47
- Published in Artikel
Hidup Mengikuti Agendanya Tuhan
Selama ini, mungkin kita merasa bahwa mengikuti agenda Tuhan sangat sulit dan berat.
Tetapi itu pola pikir yang salah!
Tuhan tidak mungkin menyiapkan suatu rancangan yang tidak dapat kita jalankan. Tuhan tidaklah rumit manusia-lah yang sering membuatnya menjadi kompleks.
Kita pasti percaya apa yang dikatakan oleh kita Yeremia 29:11 bahwa rancangan Tuhan bagi kehidupan kita itu adalah rancangan damai sejahtera. Kita meyakini, kita mengamininya. Kita percaya bahwa Tuhan mampu dan pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Yang sering kita lupakan adalah kita tidak selalu satu paham dengan Tuhan: yang terbaik menurut Tuhan terkadang bukan yang terbaik menurut kita.
Jika kita ingin menerima apa yang Tuhan janjikan atas hidup kita, maka kita perlu mengikuti agendanya Tuhan juga. Mengikuti agenda Tuhan, berarti kita menjalankan segala sesuatu yang sudah Tuhan siapkan untuk kita, termasuk mengikuti waktunya Tuhan (musimnya Tuhan). Ketika Tuhan menyiapkan suatu rancangan yang sempurna dalam kehidupan kita, maka dapat dipastikan bahwa rencana itu sudah pasti cocok/pas (fit) dengan kita 100%. Tuhan sangat presisi menyiapkan setiap janji-Nya untuk kita yang disertai dengan waktu yang presisi pula. Oleh karena itu, jika kita ingin mengalami setiap janji Tuhan, kita harus mengerti dan hidup dalam agenda-Nya. Apa yang Tuhan siapkan bagi kita adalah suatu rancangan yang sempurna, blueprint yang mulia dan Ilahi. Tugas kita adalah mengikuti rancangan – rancangan yang sudah Ia siapkan tersebut. Namun, dalam menjalankan agenda Tuhan dalam hidup kita, kita tidak bisa memakai cara–cara manusia atau cara-cara kita.
Apa yang Tuhan tuliskan bagi kita di dalam agenda-Nya adalah sebuah mahakarya yang Ilahi dan mulia. Segala aspek kehidupan kita: visi, pekerjaan, pasangan hidup, studi, keluarga, pelayanan, dan aspek lainnya adalah karya yang Ilahi dan mulia sehingga hanya bisa diperoleh dan dikerjakan dengan cara – cara yang Ilahi dan mulia pula. Ini berarti hal-hal ini tidak bisa diperoleh dan dikerjakan dengan mengandalkan kekuatan ataupun hikmat manusia saja, tetapi dengan hikmat dan tuntunan Roh Kudus. Tuhan mau kita selalu mengandalkan Dia dalam setiap langkah kita (1 Kor 2:5).
Untuk dapat mengikuti agenda Tuhan, kita perlu senantiasa menyelaraskan pikiran, hati, dan kehendak kita dengan pikiran, hati, dan kehendak Bapa. Selama ini, mungkin kita merasa hal tersebut sangat sulit dan berat. Tetapi itu pola pikir yang salah! Tuhan tidak mungkin menyiapkan suatu rancangan yang tidak dapat kita jalankan. Tuhan tidaklah rumit manusia-lah yang sering membuatnya menjadi kompleks. Manusia kerap kali dipengaruhi lingkungan, mengalami rasa khawatir, cemas, tidak sabar, tidak tekun, takut sehingga secara tidak sadar membuka peluang untuk keluar dari agenda Tuhan dan berjalan pada agenda pribadinya sendiri.
Tuhan kita sempurna, maka janji-Nya adalah sempurna bagi setiap kita. Tidak ada yang murah dan mudah untuk sebuah kesempurnaan, kemuliaan dan keIlahian. Tentu saja untuk menerima suatu janji yang besar, visi yang besar, kita tidak akan melewati proses yang mudah. Mengikuti agenda Tuhan tidak berarti semua hal berjalan lancar dan mudah. Tuhan harus memastikan bahwa iman, roh, pengurapan, karakter, mental kita sudah siap dan memadai untuk menerimanya.
Kita memerlukan tiga hal untuk dapat mengikuti agenda Tuhan:
- Ketaatan (2 Kor 2:9), Kita perlu ketatan dan penundukkan diri terhadap Tuhan dan Firman-Nya. Tunduk artinya memberikan hak dan hidup kita sepenuhnya dikuasai oeh Tuhan. Kita menaati perintah-Nya dan memprioritaskan Tuhan dalam hidup kita.
- Kepekaan/ketajaman (Ibrani 5:14), Kita perlu kepekaan/ketajaman untuk dapat mendengar suara Tuhan dalam membedakan mana kehendak Tuhan mana yang bukan.
- Ketangguhan/Ketekunan (Ibrani 10:36). Kita perlu ketekunan untuk tetap berdiri, tidak mudah menyerah, tidak bersungut – sungut. Sejauh mana kita bertekun akan mempengaruhi sejauh mana kita akan bertahan.
Ketiga hal di atas akan membuat cara pandang, cara merespon, cara berpikir, cara menilai kita selaras dengan Tuhan. Sekalipun proses demi proses terjadi, itu tidak akan membuat kita keluar dari jalurnya Tuhan. Ujian dan tantangan akan terus datang tetapi kaki kita tetap kuat mengikuti ke mana Tuhan membawa kita. Marilah kita memperoleh janji yang Ilahi dan sempurna dari Tuhan dan terus hidup mengikuti agenda Tuhan bagi kita. Tuhan Yesus memberkati!
“Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku,
aku akan timbul seperti emas.” – Ayub 23:10 –
Oleh Puji Tania Meliala
- Published in Artikel
Rahasia Akhir Jaman; Injil Kerajaan
Sedang aku, Daniel, melihat penglihatan itu dan berusaha memahaminya, maka tampaklah seorang berdiri di depanku, yang rupanya seperti seorang laki-laki; dan aku mendengar dari tengah sungai Ulai itu suara manusia yang berseru: “Gabriel, buatlah orang ini memahami penglihatan itu!” Lalu datanglah ia ke tempat aku berdiri, dan ketika ia datang, terkejutlah aku dan jatuh tertelungkup, lalu ia berkata kepadaku: “Pahamilah, anak manusia, bahwa penglihatan itu mengenai akhir masa!“………. Tetapi engkau, sembunyikanlah penglihatan itu, sebab hal itu mengenai masa depan yang masih jauh.” (Daniel 8:15-26). Tetapi ia menjawab: “Pergilah, Daniel, sebab Firman ini akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhir zaman…. (Daniel 12:9). Daniel salah seorang yang terpandai di zamannya, menerima sesuatu yang tidak bisa dimengertinya pada waktu itu.
Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,
juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil,
yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara. (Efesus 6: 18-20). Memberitakan rahasia Injil tentunya bukan untuk orang kafir, tetapi untuk orang yang sudah mendengar dan menerima Injil Keselamatan yaitu Yesus Kristus.
Injil artinya “Kabar Baik”, tetapi Rasul Paulus untuk memberitakan rahasia Injil meminta “Keberanian”; mengapa? Bukankah itu hal yang aneh? Rupanya ada resiko dalam memberitakannya, dan reaksi itu bukan datang dari orang kafir lagi, tetapi datang dari mereka yang telah mendengar dan menerima keselamatan. Perlu saudara tahu bahwa ada orang yang dapat menerima Injil tetapi tidak dapat menerima Rahasia Injil,, dapat menerima Injil Keselamatan tetapi tidak dapat menerima Injil Kerajaan, Karena Pribadi Roh Kudus kurang berfungsi didalam hidupnya (sekalipun seseorang sudah dibaptis Roh Kudus, bisa berlidah asing / berbahasa Roh, tetapi hal itu tidak menjamin bahwa Pribadi Roh Kudus berfungsi di dalam dirinya) karena hanya Kristus (yang diurapi) saja yang dapat menyingkapkannya. II Korintus 3:14
Meskipun ada resiko, kami tetap terpanggil untuk memberitakannya, Karena inilah kehendak Tuhan pada akhir zaman. Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” Matius 24:14. Pada umumnya reaksi itu terjadi Karena orang-orang yang tersinggung (namanya, pelayanannya, kelompoknya, doktrinya, denominasinya) dan ini adalah rekasi yang normal, bisa juga karena perbedaan pendapat / tafsiran dan biasanya tidak sesuai dengan pendapatnya sendiri di cap sesat….Saudara, ajaran sesat adalah ajaran yang menyimpang, yang tidak lagi memuliakan atau mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan. Ajaran sesat bukanlah karena ajaran itu berbeda dengan pendapat kita, berbeda dengan doktrin kita, berbeda dengan theologi yang ada. Lihat, Tuhan membuat sesuatu yang baru. Yesaya 43:18-19; 48:6-7. Haleluyah!!!
Inilah waktunya akhir zaman itu, waktu dimana materai-materai itu dibuka dan Firman yang tersembunyi itu diberitakan. Berita-berita akhir zaman ini tidak bisa dimengerti oleh akal dan kepandaian semata-mata (Contoh : Daniel). Banyak orang membaca dan mempelajarinya namun salah menangkap beritanya, karena itu bacalah berita-berita ini pada waktu Tuhan yang tepat, mintalah pimpinan Pribadi Roh Kudus dan PengurapanNya, seleksilah, dan putuskanlah sendiri apa yang benar! Lukas 12:57
Disadur dari : Prakata, Injil Kerajaan; Karakter Seorang Putra
- Published in Artikel
Tuhan dan Saya
Tuhan lebih menginginkan kita memiliki kasih setia dan pengenalan akan Dia, dibandingkan korban-korban dan persembahan-persembahan kita.
Sejak awal Allah menciptakan manusia, Allah menghendaki hubungan yang karib dengan manusia sebagai ciptaan yang dibuat menurut gambaran dan rupa Nya. Namun dosa merusakan hubungan itu. Meskipun demikian Alkitab mencatat kisah manusia-manusia yang memiliki hubungan luar biasa dengan Allah seperti yang Allah kehendaki pada saat menciptakan manusia itu. Sebut saja Henok, Abraham, Yusuf, Musa, Daud, Petrus, Yohanes, Paulus, dan masih banyak lagi.
Keakraban yang tidak biasa yang menghasilkan pengenalan akan Allah yang dalam dan luas. Keakraban yang membuat Henokh tidak mati tapi diangkat, yang pada waktu itu isu pengangkat belum trend seperti saat ini. Keakraban yang membuat Abraham percaya sepenuhnya pada perkataan Allah, dan ia mempercayakan hidupnya sepenuhnya kepada Allah, bahkan bersedia mengorbankan Ishak anak perjanjian ketika Allah memintanya. Keakraban yang membuat Yusuf tidak mengeluh dan menyalahkan Allah ketika ia dijual saudara sekandungnya, masuk penjara karena bukan kesalahannya, terlupakan oleh orang yang dibantunya. Dan bahkan keakraban yang begitu intim sehingga ia mampu melihat visi bangsanya. Keakraban yang membuat Musa melihat punggung Allah dan yang membuat wajahnya berkilau karena kemuliaan Allah. Masih banyak lagi kisah-kisah lain dalam Alkitab mengenai keakraban manusia yang tidak biasa dengan Allah, dan Allah masih terus merindukan hubungan-hubungan yang karib dengan manusia, kuhususnya dengan Anda.
Hubungan dengan Allah tentunya harus diawali dengan perjumpaan dengan Allah secara pribadi. Perjumpaan secara pribadi dengan Allah merupakan kejadian ilahi yang luar biasa bagi setiap orang. Kejadian ilahi itu bisa saja terjadi saat seseorang mengikuti suatu ibadah, KKR, retreat atau saat di kamar pribadi. Perjumpaan secara pribadi dengan Allah pastilah menghasilkan pertobatan. Hosea 6:1 merupakan ajakan pertobatan, ajakan untuk berbalik kepada Allah. Saat berbalik kepada Allah melalui pertobatan, Allah akan menghidupkan roh kita yang dulunya telah mati karena dosa, lalu memulihkan keadaan kita.
Hubungan yang karib dengan Allah harus dibangun dengan kesungguhan hati. Hosea6:3 mengingatkan kita bahwa Allah pasti meresponi kesungguhan hati yang merindukan keakraban dengan Allah. Untuk sebuah pengenalan tidak bisa melalui hubungan yang sambil lalu, tetapi melalui hubungan yang serius dan dengan hati yang bersungguh-sungguh.
Selain kesungguhan, untuk membangun hubungan dengan Allah yang akan menghasilkan pengenalan yang mendalam dibutuhkan ketekunan dan kesetiaan yang tak tergerus oleh apa pun. Hosea 6:4-5 Allah memperingatkan agar kita tidak memiliki kesetiaan seperti kabut pagi yang hanya bertahan sebentar, atau seperti embun pagi yang hanya ada beberapa saat. Seperti Allah selalu ada bagi kita dalam setiap kondisi kita, Ia Allah yang setia demikian sebagai manusia-manusia ciptaan Allah yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, Ia menghendaki kesetiaan dari kita.
Hosea 6:6 menyatakan kerinduan Allah, Ia lebih menginginkan kita memiliki kasih setia dan pengenalan akan Dia dibandingkan korban-korban dan persembahan-persembahan kita. Allah mau hati kita sebagai korban terutama, bukan sekedar uang atau waktu yang kita berikan tanpa hati.
Seseorang dapat memberi tanpa kasih, namun orang yang mengasihi pasti akan memberi. Pengenalan akan Allah akan lahir dari sebuah hubungan yang serius yang dibangun atas dasar kesungguhan dan kesetiaan hati bukan atas dasar korban atau persembahan tanpa hati.
Penulis: Merlin Titahena
- Published in Artikel
Panaskan Mesin
Setiap pemilik kendaraan bermotor pasti mengerti kalau di pagi hari—sebelum kendaraan tersebut digunakan, kita harus “memanaskan” kendaraan tersebut. Ketika kendaraan dipanaskan, bensin dari tanki pun mulai dipompa sedikit demi sedikit ke dalam mesin. Efeknya, pembakaran mesin kendaraan pun menjadi sempurna.
Ketika pembakaran sudah sempurna, tidak hanya siap untuk digunakan, kendaraan dapat dipacu hingga performa maksimal.
Kehidupan orang percaya pun tiada ubahnya dengan kondisi kendaraan bermotor diatas. Sebelum melakukan aktifitas sehari-hari “Roh” orang percaya haruslah “dipanaskan” terlebih dahulu.
Muncul pertanyaan, Bagaimana cara terbaik untuk memanaskan “Roh” orang percaya?
SAAT TEDUH!
Saat teduh adalah waktu khusus (di pagi hari) untuk meneduhkan diri di hadapan Tuhan dengan membaca Alkitab dan berdoa. Ketika kita membaca Firman, Firman Tuhan yang dibaca masuk ke dalam hati dan pikiran kita. Ketika kemudian kita merenungkan Firman Tuhan — membuka hati kita “mendengarkan” perkataan Tuhan yang kita dengar melalui Firman yang kita baca itu, sampai kita menemukan isi hatiNya, hal yang luar biasa terjadi.
Kita tidak hanya akan “menghapal” (jadi tau) dan “mengingat” (me-rhema) Firman Tuhan yang kita baca, namun kita diberikan iman dalam melakukan kebenaran Firman tersebut di sepanjang hari. 1
Kemudian saat kita berdoa, kita sesungguhnya memanaskan Roh kita dengan sukacita Ilahi. Ketika kita brdoa di dalam nama Tuhan Yesus, Yesus berjanji bahwa kita akan menerima jawaban doa supaya sukacita pun penuh. 2
Yesus juga menjanjikan pemulihan dan kesembuhan kepada orang lain ketika kita berdoa untuk orang itu dengan iman. 3
Bayangkan ketika seorang yang anda doakan sembuh. tentunya membawa sukacita pula, bukan?
Sebagaimana kendaraan yang dapat dipacu kencang karena dipanaskan,
Hidup kita akan penuh dengan iman dan sukacita ketika kita bersaat teduh.
Kita dapat “berlari kencang” dalam perlombaan iman yang Tuhan sediakan di hari tersebut.
Mari semakin bergiat dalam saat teduh, agar Roh kita tidak padam bak mesin yang tidak dipanaskan.
Catatan:
- Yesaya 30:15
- Yohanes 16:24
- Yakobus 5:16
- Published in Artikel
Lahir Baru
Suatu ketika, komputer saya sangat lambat dalam mengoperasikan aplikasi. Ternyata, komputer saya terkena virus dan virus tersebut sudah menyebar ke berbagai direktori. Berbagai anti virus telah saya coba namun tidak berhasil karena virus ini telah mengenai sistem operasinya. Tidak ada cara lain selain memformat komputer tersebut dengan sistem operasi baru. Syukurnya, setelah diset ulang komputer saya kembali cepat seperti baru.
Kita sebagai manusia pun mengalami kondisi terjangkit virus ketika kita belum lepas dari dosa. Banyak dari kita mencoba untuk menjadi orang baik dan melakukan berbagai amal-ibadah untuk mendapatkan keselamatan. Namun, kita tidak akan pernah mendapatkan kepastian melalui upaya kita sendiri. Oleh karenanya, Tuhan Yesus memberikan jalan keluar dengan menebus dosa kita supaya kita tidak mengalami maut melainkan memperoleh hidup yang kekal.1
Ketika kita percaya dan menerima Tuhan Yesus, posisi kita dikembalikan ke posisi seharusnya yaitu sebagai anak-anak Allah.2 Seperti komputer saya yang seharusnya bisa bekerja dengan baik sekiranya tidak ada virus, demikian pula setiap kita memiliki potensi-potensi besar yang dapat tergenapi dalam kondisi kita sebagai anak-anak Allah yang sudah ditebus.
Sekalipun secara fisik komputer yang terkena virus dan tidak terkena virus sulit dibedakan, namun penggunanya pasti dapat membedakan. Perubahan setelah lahir baru secara jasmani memang tidak langsung kentara, namun orang-orang terdekat kita pasti akan mulai merasakan perubahan dalam diri kita. Tidak heran Firman Tuhan mengungkapkan hal ini : jadi siapa ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang.3
Komputer, berada di tangan yang tepat, dapat melakukan banyak fungsi. Dia membantu pekerjaan seorang desainer, pemrogram, pebisnis, dosen, dan lainnya sesuai fitur aplikasi yang telah disetel ke dalam komputer tersebut. Misalnya, desain grafis sampul buku, pencarian berbagai informasi lewat internet, jual-beli saham secara daring, menyusun materi ajar, dan banyak manfaat lain yang sulit untuk dirincikan satu-per-satu.
Seperti itu pula kita, bersama Tuhan, akan dapat melakukan banyak hal baik dan besar untuk memberkati sesama bahkan hingga bangsa-bangsa. Untuk itu kita perlu memastikan bahwa diri kita senantiasa diperbaharui oleh aplikasi-aplikasi-Nya, yaitu melalui waktu saat teduh, perenungan Firman Tuhan, persekutuan dengan saudara seiman, dan pengalaman-pengalaman yang membuat kita semakin mengenal pribadi-Nya.4
Banyak kemiripan manusia dengan komputer, namun ada satu hal mendasar yang membedakan kita dengan komputer. Komputer tidak memiliki pilihan bebas untuk diformat ulang atau tetap dalam kondisi yang bervirus. Beda dengan manusia, Tuhan memberikan kita pilihan untuk menerima-Nya atau tidak.5 Buatlah keputusan yang tepat untuk mengalami kelahiran baru dengan mengundang-Nya menjadi Tuhan dan juruselamat pribadi. Keputusan lain hanya berdampak selama kita di bumi namun keputusan untuk lahir baru menentukan hidup kita di bumi sampai di kekekalan kelak. Bagi kita yang sudah, mari kita berkarya bagi Tuhan!
Sudahkah anda mengalami lahir baru?
Penulis: Samsu Sempena
Catatan
1 Roma 6:23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita
2 Yohanes 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya
3 2 Korintus 5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang.
4 Kolose 3:10 dan yang telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khalik-Nya.
5 Wahyu 3:20 Aku berdiri di muka pintu dan mengetok, jikalau ada orang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan akan makan bersama-sama dengan dia, dan dia bersama-sama Aku
- Published in Artikel