FORGOT YOUR DETAILS?

Mendengar suara Tuhan dan melekat pada Tuhan

by / / Catatan Khotbah

Persekutuan J4u Bandung

Sabtu, 07 Februari 2015

Pembicara : Ade Nugroho

Tema        : Mendengar suara Tuhan dan melekat pada Tuhan

Venue       : Rg. Azalea 2, Lt. P1, BTC

Markus 4:1-20

Tahun ini adalah tahun percepatan, pastikan setiap kita punya telinga yang selalu peka mendengar Tuhan.

Ayat 9, Dan kata-Nya: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

 Telinga di sini bukan hanya bicara telinga jasmani, tetapi juga telinga rohani. Dalam Lukas 8:8, Dikatakan Yesus berseru, siapa mempunyai telinga hendaklah ia mendengar. Pastikan hari-hari ini kita memiliki telinga yang aktif untuk mendengar. Orang yang memiliki telinga selayaknya mendengar. Mendengar adalah sebuah kemampuan. Kitapun mampu mendengar suara Tuhan dengan presisi. Masalahnya kita mau melatihnya atau tidak. Memiliki Telinga yang peka bukan hanya untuk kita pribadi, tapi juga untuk memberkati sekitar kita.

Yesaya 50:4, “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.”

 Ayat ini digenapi di dalam Markus 1:35, pagi-pagi benar waktu hari masih gelap, Yesus bersaat teduh. Bukan sekedar aktifitasnya, tapi di situlah Tuhan membangun kita.

Kembali ke Markus 4:12, “supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.”

 Alasan kita harus punya telinga yang peka adalah supaya kita mengerti maksud Tuhan. Matius 13:15, setelah kita mengerti, maka akan terjadi pemulihan. Kondisi apapun, bertanyalah pada Tuhan apa yang menjadi kehendakNya. Yang berikutnya, akan terjadi pertobatan. Ada langkah-langkah pertobatan, ada buah-buah pertobatan. Karena setiap anak Tuhan yang bertobat terjadi perubahan. Jika ada dua tiga orang menegur hal yang sama, maka koreksilah diri kita dan bertobatlah. Dampak yang berikutnya ketika kita mengerti kehendak Tuhan, akan terjadi percepatan. Terjadi terobosan-terobosan dalam tiap aspek hidup kita.

Di dalam perumpaan seorang penabur, keempat jenis orang tersebut bisa mendengar tapi kualitas hatinya berbeda. Mari kita cermati apa perbedaannya:

1. Ayat 15, “Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.”

 Kualitas hati di pinggir jalan melambangkan orang-orang yang belum lahir baru, belum ada buah-buah pertobatan sejati. Tipe orang yang keras hati. Hidupnya jatuh bangun dalam dosa. Akibatnya tidak bisa mengenal kebenaran.

2. Ayat 16-17, “Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.”

 Kualitas hati di tanah berbatu-batu melambangkan orang yang hidupnya dikuasai perasaan, bukan dikuasai iman. Betul memang dia meresponi Firman dengan gembira, tetapi terbawa kondisi. Tanah yang tipis melambangkan iman yang tipis. Hati-hati terhadap perasaan-perasaan(mood). Sikap kita seharusnya mengabaikan perasaan-perasaan yang bukan dari Tuhan. Kita hidup oleh karena iman.

3. Ayat 18-19, “Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”

 Kualitas hati yang di semak duri melambangkan orang yang khawatir dengan perkara penghidupan. Bisa diakibatkan oleh masa lalu yang pahit. Apa yang menjadi kekhawatiran kita hari-hari ini? Fokuslah pada ladang Tuhan yang ada padaMu. Masa depan kita sudah Bapa tanggung. Allah kita adalah Allah yang hidup dan mendengar.

Hati di semak belukar juga melambangkan orang yang hanya menerima Yesus sebagai juruselamat tapi tidak sebagai Tuhan. Artinya hidupnya tidak diserahkan semua kepada Tuhan. Maka, serahkan segala perkara kita pada Tuhan, maka Tuhan akan membela perkara kita.

4. Lukas 8:15, “Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”

 Kualitas hati di tanah yang baik melambangkan orang yang dewasa, tidak dikuasai oleh perasaan dan kekhwatiran, dia hanya dikuasai oleh iman. Ketika mendengar Firman, orang tersebut menyimpannya(merenungkan) dan melakukannya. Dalam bahasa lain, merenungkan berarti memperkatakannya berulang-ulang sampai telinga mendengar dan masuk ke dalam hati. Hati yang lembut adalah hati yang mau dibentuk Tuhan. Tanggalkan agenda kita dan karakter-karakter lama seperti malas dan kekanak-kanakan.

Di dalam tahun percepatan, tanggalkan yang lama. Apa yang kita anggap baik, tapi tidak berkenan di hadapan Tuhan, TINGGALKAN. Pertemanan-pertemanan yang tidak dari Tuhan, TINGGALKAN. Supaya kita siap masuk masa percepatan.

Spread the love
TOP
Whatsapp Kami