Hati yang Remuk-Pertobatan yang sejati
Dari kisah Ayub, muncul ungkapan “Tak kenal, maka jadinya curiga”
Hati yang Remuk, Pertobatan yang Sejati. Ini bukanlah dua topik yang berbeda, tetapi saling berhubungan. Pertobatan sejati tidak akan terjadi tanpa diawali dengan remuk hati. Sekedar menangis sedih belum tentu sudah bertobat. Tapi setiap kali sesuatu yang remuk terjadi dalam hati kita maka Tuhan akan mengganti dengan sesuatu yang baru dan kudus dan mulia. Tuhan dekat dengan orang-orang yang remuk hatinya. Kenapa yang diremukkan bukan anggota tubuh lain seperti tangan atau kaki?
Ada apa dengan hati manusia?
Efesus 1 : 18 AMP
And [I pray] that the eyes of your heart [the very center and core of your being] may be enlightened [flooded with light by the Holy Spirit], so that you will know and cherish the hope [the divine guarantee, the confident expectation] to which He has called you, the riches of His glorious inheritance in the saints (God’s people),
Hati manusia adalah pusat dari seluruh kehidupan manusia. Di hati ada banyak ruangan. Ada keinginan, mimpi, harapan, kebanggaan. Di dalam hati juga ada banyak harta terpendam, seringkali manusia tidak bisa melihat, tapi Tuhan tahu. Ketika Tuhan mau mengubah manusia, maka Dia mengubah hati manusianya dahulu. Mengubah tindakan saja tidak menjamin perubahan manusia secara permanen. Contohnya untuk mengubah perilaku masyakat di suatu daerah, tidak bisa hanya dengan membangun mall-mall, tapi orangnya.
Jika hati sudah berubah, maka seluruh perkataan, kesukaan dan perbuatan akan mengikuti.
Seringkali manusia tidak sadar bahwa hatinya terluka, banyak cacat, sedangkan dari luar baik-baik saja. Mari kita belajar dari kisah Tuhan meremukkan hati Ayub:
Ayub 1 : 8
Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. “
Di sini menjelaskan identitas Ayub yang sesungguhnya. Ayub tercatat sebagai orang yang terbukti saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ini adalah kesaksian Tuhan atas Ayub. Dia sangat dikasihi dan dibanggakan oleh Tuhan.
Ayub 9 : 17
Dialah yang meremukkan aku dalam angin ribut, yang memperbanyak lukaku dengan tidak semena-mena
Tercatat bagaimana cara Ayub memandang hidupnya setelah diremukkan hatinya. Ingatlah bahwa Tuhan tahu dengan jelas bahwa apa yang Tuhan sedang kerjakan selalu membawa kebaikan.
Setelah dikunjungi teman-temannya, mulai tampaklah “borok-borok” di dalam hati Ayub, yaitu sebagai berikut:
1. Ayub 12 : 3
Akupun mempunyai pengertian, sama seperti kamu, aku tidak kalah dengan kamu; siapa tidak tahu hal-hal serupa itu?
Ayub sadar punya pengertian dan pengetahuan tapi itu menjadi kesombongan. Ingatlah bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan. Tanpa takut akan Tuhan, maka pengetahuan manusia akan membuatnya menjadi sombong.
2. Ayub 16 : 7
Tetapi sekarang, Ia telah membuat aku lelah dan mencerai-beraikan segenap rumah tanggaku,
Ayub 1 : 4
Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.” Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.
Seolah-olah ini baik, tapi sebenarnya yang harus bertobat adalah anak-anaknya. Ayub tidak mendidik anaknya untuk mengenal Tuhan, malah hanya berfokus pada dirinya.
3. Ayub 27:2
“Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan hatiku,
Ayub mencari kesalahan Tuhan. Di ayat 6, Ayub memegang kebenaran dirinya sendiri, bukan kebenaran Tuhan. Dia merasa punya benar sendiri.
4. Ayub 29 : 7-11 Seiring berjalannya waktu, Ayub menjadikan kekayaannya sebagai tameng perlindungan. Orang-orang mencari perkataan hikmat dari hidupnya, dia dihormati. Justru hal ini menjadikan Ayub bangga pada dirinya sendiri.
5. Ayub 29 : 12 – 16 Perbuatan baik tidak bisa menyelamatkan hidup kita. Perbuatan baik dilakukan sebagai rasa syukur karena kita telah diselamatkan.
6. Ayub 29 : 25
Aku menentukan jalan mereka dan duduk sebagai pemimpin; aku bersemayam seperti raja di tengah-tengah rakyat, seperti seorang yang menghibur mereka yang berkabung. “
Kalau kita merasa dipakai Tuhan, lalu kita berkata bahwa kitalah raja. Ini adalah bentuk kesombongan. Tuhan lah yang harus menjadi raja dalam hati kita. Tidak bisa ada 2 raja dalam hati kita.
7. Ayub 34 : 8
yang mencari persekutuan dengan orang-orang yang melakukan kejahatan dan bergaul dengan orang-orang fasik?
Ayat tersebut mencatat bagaimana pergaulan Ayub. Ayub 42 : 7, membuktikan ke tiga temannya adalah orang fasik. Lihat di Ayub 4 : 18, perkataan Elifas di sini melenceng dari kenyataan, dibilang bahwa Tuhan tidak percaya kepada hamba-hamba-Nya, ini salah besar, kenyataannya Allah percaya kepada kita sehingga mempercayakan berkat dan pelayanan kepada kita. Maka hati-hati dengan pergaulan kita. hati-hati dengan half truth, alias kebenaran yang setengah-setengah, kadang benar, kadang salah. Bergaullah dengan orang yang benar, perhatikan apa yang kita lihat dan dengar. Kalau fokus kita bukan Yesus, maka hati kita menjauh dari kebenaran.
Kesimpulannya, ada apa dengan hati Ayub?
Ayub 19 : 9,
Ia telah menanggalkan kemuliaanku dan merampas mahkota di kepalaku.
Mahkota bicara tentang kehormatan, kebanggan. Mahkota ini bukan dari Tuhan, tapi dibuat sendiri. Hal ini tidak berkenan di mata Tuhan.
Seluruh borok yang ada di hati Ayub bicara tentang kesombongan. Kalau hal ini tidak diremukkan oleh Tuhan, maka Tuhan akan kehilangan Ayub, kekasih hatinya.
Demikian kita hari ini diremukkan oleh Tuhan, sebagai bukti bahwa Dia sangat mengasihi kita. Tuhan tidak mau kehilangan kita. Bagaimana dengan kita?
Dampak dari melenceng dari Tuhan adalah kekosongan dan kehampaan dari Tuhan. Kita akan mati jika di luar hadirat Tuhan.
Tuhan tidak mati di kayu salib supaya kita hidup melayani Tuhan, tapi supaya kita hidup bersama-sama dengan Dia.
Cara untuk mengalami dan melewati peremukkan Tuhan:
1. Ayub 42 : 5-6
5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.
Duduk diam dan mendengarkan Tuhan, supaya pertobatan sejati muncul. Mata rohani tidak bisa melihat Tuhan, karena berfokus pada diri sendiri. Dari kisah Ayub, muncul ungkapan “Tak kenal maka jadinya curiga”. Mari mengenal Tuhan.
2. Rendahkan hati di hadapan Tuhan. Tanpa kerendahan hati, tidak ada pengenalan akan Tuhan. Tanpa pengenalan akan Tuhan, tidak akan ada pertobatan yang sejati. Mari jangan setengah-setengah bertobat.
3. Ayub 35 : 13
Sungguh, teriakan yang kosong tidak didengar Allah dan tidak dihiraukan oleh Yang Mahakuasa.
Datang kepada Tuhan bukan dengan keluh kesah. Mari belajar percaya untuk setiap prosesnya Tuhan, pasti membawa kebaikan buat kita. Kalau hari ini kita mengalami proses, itu tandanya Tuhan mengasihi kita
4. Minta Tuhan untuk menyelidiki hati kita.
Belajar untuk rela hati mau dimurnikan sama Tuhan.
Tujuan pertobatan sejati:
1. Membongkar borok-borok dalam hati. Pertobatan sejati juga akan memunculkan gambar diri yang terbaik dari diri kita.
2. Ayub 42 : 10 melipatgandakan kapasitas kita untuk menerima yang lebih mulia dan kudus.
3. Menghasilkan pengampunan.
Pengampunan akan menyembuhkan hati.
Mari kenali maksud-maksud Tuhan dalam hidup kita.
Memang proses itu tidak mudah dan menyakitkan, tapi ada kemuliaan yang Tuhan sediakan di depan.
Bertahanlah.
Persekutuan J4U via IG Live
Sabtu, 30 Mei 2020
Pembicara: Epafras Aritonang
Tema: Hati yang Remuk, Pertobatan yang Sejati
- Published in Catatan Khotbah