Tuhan dan Saya
Tuhan lebih menginginkan kita memiliki kasih setia dan pengenalan akan Dia, dibandingkan korban-korban dan persembahan-persembahan kita.
Sejak awal Allah menciptakan manusia, Allah menghendaki hubungan yang karib dengan manusia sebagai ciptaan yang dibuat menurut gambaran dan rupa Nya. Namun dosa merusakan hubungan itu. Meskipun demikian Alkitab mencatat kisah manusia-manusia yang memiliki hubungan luar biasa dengan Allah seperti yang Allah kehendaki pada saat menciptakan manusia itu. Sebut saja Henok, Abraham, Yusuf, Musa, Daud, Petrus, Yohanes, Paulus, dan masih banyak lagi.
Keakraban yang tidak biasa yang menghasilkan pengenalan akan Allah yang dalam dan luas. Keakraban yang membuat Henokh tidak mati tapi diangkat, yang pada waktu itu isu pengangkat belum trend seperti saat ini. Keakraban yang membuat Abraham percaya sepenuhnya pada perkataan Allah, dan ia mempercayakan hidupnya sepenuhnya kepada Allah, bahkan bersedia mengorbankan Ishak anak perjanjian ketika Allah memintanya. Keakraban yang membuat Yusuf tidak mengeluh dan menyalahkan Allah ketika ia dijual saudara sekandungnya, masuk penjara karena bukan kesalahannya, terlupakan oleh orang yang dibantunya. Dan bahkan keakraban yang begitu intim sehingga ia mampu melihat visi bangsanya. Keakraban yang membuat Musa melihat punggung Allah dan yang membuat wajahnya berkilau karena kemuliaan Allah. Masih banyak lagi kisah-kisah lain dalam Alkitab mengenai keakraban manusia yang tidak biasa dengan Allah, dan Allah masih terus merindukan hubungan-hubungan yang karib dengan manusia, kuhususnya dengan Anda.
Hubungan dengan Allah tentunya harus diawali dengan perjumpaan dengan Allah secara pribadi. Perjumpaan secara pribadi dengan Allah merupakan kejadian ilahi yang luar biasa bagi setiap orang. Kejadian ilahi itu bisa saja terjadi saat seseorang mengikuti suatu ibadah, KKR, retreat atau saat di kamar pribadi. Perjumpaan secara pribadi dengan Allah pastilah menghasilkan pertobatan. Hosea 6:1 merupakan ajakan pertobatan, ajakan untuk berbalik kepada Allah. Saat berbalik kepada Allah melalui pertobatan, Allah akan menghidupkan roh kita yang dulunya telah mati karena dosa, lalu memulihkan keadaan kita.
Hubungan yang karib dengan Allah harus dibangun dengan kesungguhan hati. Hosea6:3 mengingatkan kita bahwa Allah pasti meresponi kesungguhan hati yang merindukan keakraban dengan Allah. Untuk sebuah pengenalan tidak bisa melalui hubungan yang sambil lalu, tetapi melalui hubungan yang serius dan dengan hati yang bersungguh-sungguh.
Selain kesungguhan, untuk membangun hubungan dengan Allah yang akan menghasilkan pengenalan yang mendalam dibutuhkan ketekunan dan kesetiaan yang tak tergerus oleh apa pun. Hosea 6:4-5 Allah memperingatkan agar kita tidak memiliki kesetiaan seperti kabut pagi yang hanya bertahan sebentar, atau seperti embun pagi yang hanya ada beberapa saat. Seperti Allah selalu ada bagi kita dalam setiap kondisi kita, Ia Allah yang setia demikian sebagai manusia-manusia ciptaan Allah yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, Ia menghendaki kesetiaan dari kita.
Hosea 6:6 menyatakan kerinduan Allah, Ia lebih menginginkan kita memiliki kasih setia dan pengenalan akan Dia dibandingkan korban-korban dan persembahan-persembahan kita. Allah mau hati kita sebagai korban terutama, bukan sekedar uang atau waktu yang kita berikan tanpa hati.
Seseorang dapat memberi tanpa kasih, namun orang yang mengasihi pasti akan memberi. Pengenalan akan Allah akan lahir dari sebuah hubungan yang serius yang dibangun atas dasar kesungguhan dan kesetiaan hati bukan atas dasar korban atau persembahan tanpa hati.
Penulis: Merlin Titahena
- Published in Artikel