Menjadi Dewasa dalam Kristus
Respon kita terhadap proses-proses itu akan menentukan apakah kita akan menjadi dewasa atau tetap menjadi anak kecil.
Kedewasaan adalah buah dari setiap keputusan yang benar, yang kita ambil.
Banyak orang berkata bahwa dewasa merupakan suatu proses akan dialami semua orang secara alami—bahwa dewasa merupakan sebuah kepastian. Kebanyakan orang berpikir bahwa karena semua orang akan bekerja, yang berarti mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri atau bahwa semua orang akan menikah, yang berarti sanggup mengambil keputusan sendiri.
Apakah menjadi dewasa adalah hal yang otomatis terjadi sebagaimana dikira banyak orang? Apakah boleh disimpulkan bahwa orang yang sudah bekerja dan sudah menikah berarti kedewasaannya sudah matang? Apakah status dan umur dapat menjadi ukuran kedewasaan? Pertanyaan ini mungkin sering terlintas dalam benak kita.
Secara umum dewasa diartikan sebagai tanda telah mencapai kematangan jasmani, pikiran, dan pandangan. Yang dimaksud dengan matang di sini ialah memiliki pengertian mengenai hal yang benar dan salah. Namun, apa kata Alkitab mengenai kedewasaan? Kapan dan bagaimana kita dapat menjadi dewasa?
Alkitab mencatat bahwa setiap orang harus dilahirkan kembali untuk dapat menerima Kerajaan Allah, yaitu setiap orang harus dilahirkan kembali melalui air (Firman Tuhan dan pertobatan, yang didasari oleh percaya) dan Roh (memberi diri dipimpinan Roh Allah, yang juga didasari oleh percaya) 1. Ketika seseorang dilahirkan kembali ia memasuki fase sebagai bayi rohani. Sebagai bayi, kita harus terus menerus haus dan lapar akan Firman Allah yang murni. Petrus menggambarkan hal ini sebagaimana bayi yang baru lahir hanya menginginkan air susu yang murni 2. Di fase ini, Allah menginginkan kita untuk terus menerus bergantung pada-Nya. Seperti bayi yang tidak dapat melakukan apapun tanpa bantuan orangtuanya, begitu juga Allah mau kita bergantung pada-Nya tanpa bersandar pada yang lain.
Namun Allah tidak ingin kita selamanya menjadi bayi. Tidak seperti orang tua yang terkadang menginginkan anaknya untuk terus menerus menjadi bayi atau memperlakukan anaknya seperti bayi, Allah menginginkan kita bertumbuh dan menjadi dewasa di dalam-Nya. Ketika kita terus “makan” Firman Tuhan dan melakukannya, maka kita sebetulnya akan dibawa menjadi semakin dewasa. Mengapa ingin Allah ingin kita untuk menjadi dewasa secara Roh?
Karena banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh anak kecil. Banyak cerita yang tidak dapat disampaikan kepada anak kecil. Banyak perkara yang tidak dapat dipercayakan kepada anak kecil. Anak kecil penuh dengan keterbatasan dan Yesus telah menebus kita sempurna di kayu salib agar kita tidak lagi hidup dalam keterikatan, kelemahan dan keterbatasan. Ketika kita tidak bertumbuh dan terus menjadi anak kecil, sebetulnya kita sedang mengkerdilkan karya penebusan Yesus Kristus.
Sering kali kita berpikir bahwa kita terlalu muda untuk Allah percayakan sesuatu, terlalu hijau untuk Allah beri satu perkara. Kita lupa Alkitab mencatat bahwa Daud merupakan anak muda saat ia mengalahkan Goliat. (ESV menggunakan kata youth, GNB: bahkan menggunakan kata boy). Ia masih sangat muda saat itu untuk menghadapi jenderal tentara musuh, Goliat. Bahkan tiga kakak tertuanya pun tidak sanggup berbuat apa-apa selain berceloteh 3. Ia bahkan lebih muda lagi saat menghadapi beruang dan singa untuk menjagai dua-tiga ekor domba ayahnya. Daud menjadi sangat dewasa di usia belia, di saat ia hanya menggembalakan satu-dua ekor domba.
Kita juga tidak lupa kisah Yesus duduk bertanya jawab dengan para imam dan ahli taurat mengenai Firman Tuhan di usia yang sangat muda–dua belas tahun! 4. Lukas 2:52 mencatat bahwa Ia bertambah dalam hikmat dan kedewasaan, serta dalam anugerah di hadapan Allah dan manusia dan di saat itu Ia tetap menundukkan diri pada otoritas kedua orang tuanya.
Rupanya kedewasaan rohani tidak bergantung pada usia seseorang dan kedewasaan rohani bukanlah sesuatu yang otomatis terjadi! Kunci menjadi dewasa ialah mau terus dibentuk dan bertumbuh. Seiring berjalannya waktu, Tuhan akan membawa kita pada proses-proses yang akan mendewasakan kita. Respon kita terhadap proses-proses itu akan menentukan apakah kita akan menjadi dewasa atau tetap menjadi anak kecil. Kedewasaan adalah buah dari setiap keputusan yang benar, yang kita ambil. Keputusan untuk memegang dan mentaati Firman lebih dari pertimbangan dan keinginan pribadi kita.
Seseorang yang dewasa di dalam Kristus bukan sekadar memiliki pengertian mengenai hal yang baik dan buruk, namun juga berani mengambil keputusan untuk melakukan hal yang baik dan benar dalam kondisi apapun. Jadilah dewasa dalam segala hal, tahu dan taat pada kehendak-Nya, tanpa harus diawasi. Pertumbuhan rohani hanya bisa dicapai dengan ketaatan.
Milikilah hati yang haus dan lapar serta telinga yang siap mendengar dan ketika kita mendengar suara-Nya, taatlah! Sudah saatnya kita meninggalkan setiap sifat kanak-kanak dan beranjak menjadi dewasa, menjadi penuh Firman dan kuat di dalam Kristus!
Oleh Ririn Olivia
Referensi :
- Yohanes 3:3-6
- 1 Petrus2:2
- 1 Sam 17:28
- Lukas 2:41-47
- Published in Artikel