Persembahan Sulung
Memuliakan Tuhan dengan karakter kita, itu sudah tentu. Tuhan ingatkan juga untuk memuliakan Tuhan dengan hasil sulung kita. Kita harus bangga bahwa kita bisa memberikan persembahan sebagai rasa syukur kita kepada Tuhan. Bukan dengan terpaksa, itu merupakan kekejian bagi Tuhan, lebih baik tidak usah sekalian.
Persembahan sulung ini ditujukan buat kita yang sudah bekerja. Ada 638 perintah Allah pada bangsa Israel di perjanjian lama, yang jika tidak dilakukan menimbulkan kutuk. Di perjanjian baru, Kristus telah menebus kita dan telah menjadi kutuk bagi kita. Jika kita tidak melakukannya kita tidak terkutuk, tapi ada hal yang masih berlaku hingga sekarang. Perintah yang manakah?
Dalam Keluaran 23:14-19, tercatat pada bulan Abib, Tuhan memerintahkan janganlah orang datang ke hadirat Tuhan dengan tangan hampa. Ini menjadi tanggung jawab para pemimpin untuk berdoa kepada jemaat yang belum bekerja. Anak Tuhan jangan diam saja, tidak mungkin anak yang sungguh-sungguh malah mengganggur. Dalam ayat di atas, tercatat pula ada hari raya buah bungaran. Nehemia 10:35, mencatat, “Dan lagi dari pada setahun datang kepada setahun kami akan membawa segala hasil tanah kami dan buah bungaran dan segala pokokpun ke dalam rumah Tuhan.”
Persembahan sulung tidak hanya diberikan pada waktu gaji pertama bekerja seumur hidup, tapi setiap tahun. Berbeda dengan perpuluhan yang bersifat wajib, jika tidak dilakukan kita sedang merampok Tuhan. Persembahan sulung tidak wajib. Tapi ketika kita melakukannya, ada janji Tuhan bagi kita. Tuhan mengutus Malaikat-Nya. Malaikat tersebut maksudnya adalah Tuhan sendiri yang memimpin kita kepada visi kita. Mungkin kita sudah melihat visi kita, hanya ragu-ragu saja. Ingatlah bahwa Tuhan yang memimpin kita. Masuk saja! Maka tidak aneh akan bahwa ada pintu-pintu yang dibukakan. Jalan-jalan yang misteri, orang lain tidak tahu, kita justru mengetahuinya.
Pengertian Buah Sulung
Buah sulung adalah Buah pertama pada musim panen; Hasil pertama dari apa pun.
Mula / awal רֵאשִׁית – RESYIT Ibrani :
berasal dari kata dasar: רֹאשׁ – ROSY/ ROSH, artinya: “kepala” digunakan dalam arti: bagian pertama, saat keberangkatan, “awal“, atau “mula”
(Ulangan 11:12; Kejadian 1:1; 10:10.
“RESYIT” ini juga bermakna yang “terbaik” (Keluaran 23:19);
dan “buah sulung“: Imamat 2:12: “Tetapi sebagai persembahan dari hasil pertama (RESYIT) boleh kamu mempersembahkannya kepada TUHAN, hanya janganlah dibawa ke atas mezbah menjadi bau yang menyenangkan”.
Bahasa Ibrani untuk “buah sulung/ buah bungaran“yaitu בִּכּוּר – BIKUR (singular)/בִּכּוּרִים – BIKURIM (plural), yang khusus digunakan untuk biji-bijian dan buah-buahan:
Keluaran 23:16, “Kaupeliharalah juga hari raya menuai, yakni menuai buah bungaran (BIKURIM) dari hasil usahamu menabur di ladang; demikian juga hari raya pengumpulan hasil pada akhir tahun, apabila engkau mengumpulkan hasil usahamu dari ladang.”
Nehemia 10:35, “Lagipula setiap tahun kami akan membawa ke rumah TUHAN hasil yang pertama (BIKURIM) dari tanah kami dan buah sulung segala pohon.”
Kata Yunani untuk “buah sulung” adalah: ἀπαρχή – APARKHÊ berasal dari kata – ARKHOMAI yang memiliki arti dasar “yang terutama, keunggulan“.
Bilangan 15:20-21,”Tepung jelaimu yang mula-mula haruslah kamu persembahkan sebagai persembahan khusus berupa roti bundar; sama seperti persembahan khusus dari hasil tempat pengirikanmu, demikianlah harus kamu mempersembahkannya”.
Allah memerintahkan bangsa Israel untuk mempersembahkan kepada-Nya buah sulung dari manusia, binatang, atau hasil bumi (Keluaran 22:29, 30; 23:19; Amsal 3:9). Mempersembahkan buah sulung kepada Allah merupakan bukti bahwa orang Israel menghargai berkat Allah, negeri mereka serta panenannya.
Contoh persembahan sulung di Alkitab:
Kejadian 4:4 Habel memberikan anak sulung dombanya yakni lemak-lemaknya. Jadi mengertilah kita bahwa persembahan yang diindahkan Tuhan adalah persembahan yang mengandung darah. Ingat pada waktu Adam Hawa jatuh dalam dosa, sebenarnya Tuhan sudah memberi tahu pada kita persembahan yang benar, yaitu Allah memberikan jubah kulit binatang, bukan kulit pohon. Kulit binatang mengandung darah. Darah di sini bicara tentang penebusan dosa melalui Yesus.
Kejadian 22, Abraham mempersembahkan anak sulung dan satu-satunya, yaitu Ishak. Zaman bangsa Israel, anak sulung adalah milik Allah. Maka harus ditebus dengan membayar persembahan sulung ganti anak tersebut. Jika tidak ditebus, anak tersebut diserahkan pada Allah, seperti Samuel, menjadi hamba Tuhan. Anak sulung punya hak kesulungan dalam keluarga, ini yang menjadikan anak sulung berbeda dengan anak yang lain. Secara rohani, anak yang bertobat pertama dalam keluarga tersebut adalah yang sulung.
1 Samuel 1:1-28 Hana mempersembahkan Samuel.
1 Raja-Raja 17:7-24 Janda Sarfat mempersembahkan buah sulung yakni segenggam tepung dan sedikit minyak untuk Elisa.
Persembahan sulung diberikan kepada
- Tuhan (Keluaran 34:26; Ulangan 26:10)
Janganlah memasak anak kambing pada susu induknya (dikorbankan anak beserta induknya) karena ini merupakan kekejian di hadapan Tuhan. Sama dengan janganlah memberangus mulut lembu yang sedang mengirik. Sama dengan ketika seorang pengusaha tidak menggaji karyawannya atau telat menggaji bawahannya, ini kekejian di hadapan Tuhan.
- Untuk memuliakanNya (Amsal 3:9)
Memuliakan Tuhan dengan karakter kita, itu sudah tentu. Tuhan ingatkan juga untuk memuliakan Tuhan dengan hasil sulung kita. Miliki iman ini. Kita harus bangga kita bisa memberikan persembahan sebagai rasa syukur kita kepada Tuhan. Bukan dengan terpaksa, itu merupakan kekejian bagi Tuhan, lebih baik tidak usah sekalian. Bagi murid-murid yang belum bisa memberi persembahan sulung, para pembimbing sebaiknya berdoa supaya murid-murid memiliki iman agar dapat memberi di tahun depan. Karena kita menyadari dan mengerti bahwa ada berkat khusus bagi yang melakukan persembahan sulung.
- Rumah Tuhan (Nehemia 10:35)
- Tidak boleh dibawa ke atas mezbah (Imamat 2:12)
Yang di atas mezbah menjadi milik Tuhan, yaitu berupa lemak yang terbaik. Persembahan sulung diunjukkan kepada Tuhan, kemudian diberikan kepada imam-imam.
- Diletakkan di depan mezbah Tuhan (Ulangan 26:4)
- Para imam (Yehezkiel 44:30)
Tercatat bahwa ada janji dari persembahan sulung yaitu supaya rumah kita diberkati. Di tempat ibadah tertentu, semua perpuluhan diberikan ke gembala. Di sini, Imam harus meminta hikmat untuk mengelolanya. Jika tidak bisa mengelola, akan berbahaya, muncul efek samping yang tidak perlu.
Dampak persembahan sulung:
- Penyertaan Tuhan sepanjang tahun, Tuhan akan berjalan di depan kita. Tuhan tidak akan membiarkan kita sendiri.
- Diberkati berlimpah-limpah di lumbungnya dan bejana anggurnya (Am 3:9-10). Lumbung bicara tentang kebutuhan dasar, sehari-hari. Anggur bicara tentang pesta, perjamuan, sukacita, damai sejahtera atau anggur itu sendiri.
- Tuhan memberkati rumah-rumah dan berkatNya yang kekal (Yeh 44:30). Mengandung kata Bayith (Ibrani) yang berarti keluarga dan keturunan kita. Berkat yang kekal adalah Yesus. Jadi seisi keluarga menerima Yesus.
Kesmpulannya, persembahan sulung adalah seberkas. Di alkitab memang tidak disebut jumlah tertentu. Biasanya kita memberikan satu bulan gaji penuh (bagi karyawan) atau seluruh laba bulan tersebut (bagi pengusaha). Pengertian seberkas adalah sejumlah yang hati kita mau berikan pada Tuhan. Seberkas ini berasal dari gaji paling tinggi atau laba paling tinggi di tahun sebelumnya. Apakah jika sudah memberi persembahan sulung perlu memberi perpuluhan juga? Karena hal inilah kita perlu mempersiapkan jauh-jauh hari. Kita bisa menabung terlebih dahulu, sehingga kita bisa memberikan persembahan sulung beserta perpuluhan.
Persembahan sulung diberikan pada tanggal 1-31 Maret.
Mari berani bertindak, jangan biasa berlama-lama atau menunda-nunda.
Mari menjadi pelaku Firman dan mengalami Firman itu sendiri.
Persekutuan gabungan
Sabtu, 18 Febuari 2017
Pembicara: Yorga Parnadi
Tema: Persembahan Sulung
Venue: Rg. Azalea 1, Lt. P1, BTC
- Published in Catatan Khotbah
Persembahan Sulung
Pernah dengar tentang Persembahan Sulung?
Mungkin kamu pernah melihat istilah itu tertera di amplop persembahan di gereja? Mungkin kamu pernah mendengar orang(biasanya yang baru bekerja) memberikan persembahan sulung? Atau mungkin kamu sama sekali belum pernah mendengar istilah ini?
Kebanyakan orang, baik yang sudah maupun belum pernah mendengar tentang persembahan sulung,biasanya menyimpan banyak pertanyaan terkaitnya. Bahasan tentang Persembahan Sulung cukup banyak, namun biasanya lebih banyak membahas masalah teknis seperti: berapa jumlah persembahan yang harus diberikan; kepada siapa persembahan sulung harus diberikan; kapan dan berapa kali harus memberikan persembahan sulung, apakah sekali seumur hidup, setiap kali pindah kerja, atau setiap tahun?
Banyak orang pada akhirnya terjebak memperlakukan persembahan sulung seperti sebuah“ritual” (dengan segala aturannya yang rumit). Esensi atau makna terdalamnya malah kerap kali dilupakan. Tanpa mengerti makna terdalamnya, banyak orang bahkan menyalahgunakan persembahan sulung untuk mengejar berkat semata.
Nah,tulisan ini berusaha untuk mengulas tentang persembahan sulung secara utuh.Seorang murid melakukan firman karena mengerti, bukan karena karena disuruh atau karena itu merupakan “kebiasaan” di komunitas rohaninya. Ia mengerti dan karena itu ia melakukan. Siap untuk menyelam lebih dalam, murid Kristus?
Allah Bergerak dalam Musim dan Waktu
Kita tidak bisa membahas persembahan sulung tanpa terlebih dahulu mengerti bahwa Allah bergerak dalam musim dan waktu. Penulis-penulis Alkitab, khususnya di Perjanjian Lama juga cukup sering menulis dengan membubuhkan keterangan waktu yang mendetil hingga penyebutan bulan dan hari. Begitu pentingnya persoalan waktu ini hingga kita mengenal ayat yang terkenal dalam Pengkhotbah 3:1
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya”
Pengkhotbah 3:1 menyatakan bahwa Allah menetapkan musim dan waktu atas dunia dan atas setiap hidup kita. Karena itu, jika kita ingin bergerak bersama-sama dengan Allah,mengalami-Nya dan berkat-Nya secara penuh, kita harus memahami musim danwaktu-Nya. Tuhan sangat serius dengan ketetapan mengenai musim dan waktu ini.
“Kalender Ilahi”
Untuk membuat orang Israel memahami musim dan waktu Tuhan, Ia memberikan sebuah “kalender” ketika mereka keluar dari Mesir. Ia memberikan ketetapan-ketetapan yang beberapa di antaranya memiliki keterangan waktu yang sangat spesifik,misalnya korban “pagi” dan korban “petang” (Keluaran 29:37, Imamat 6:20), korban “Sabat” dan korban “bulan baru” (Bilangan 28:1-9), kuduskanlah hari “Sabat”, ketetapan mengenai hari-hari raya (Keluaran 23:14-19, Imamat 23, Ulangan 16:1-16), dsb. Kalender ilahi ini “mulai berjalan” seiring dimulainya perjalanan mereka menuju tanah perjanjian dan harus tetap dilaksanakan setelah tiba di Kanaan.
Salah satu bagian dari kalender yang ditegaskan berkali-kali adalah ketetapan mengenai hari-hari raya. Ada tiga hari raya utama yang harus dirayakan orangIsrael di mana ketiga hari raya ini memiliki makna dan penggenapannya di dalam Perjanjian Baru.
Tiga hari raya tersebut adalah:
1. Hari Raya Paskah (Pesach) yang menggambarkan kematian dan kebangkitan Kristus sebagai buah sulung di Perjanjian Baru.
2. Hari Raya Tujuh Minggu/Pentakosta (Shavuot) yang menggambarkan turunnya Roh Kudus di Perjanjian Baru.
3. Hari Raya Pondok Daun (Sukkoth) yang menggambarkan pemerintahan Kristus di masa yang akan datang sebagaimana dinubuatkan dalam Alkitab.
Disini kita bisa melihat bahwa Tuhan tidak menetapkan hari-hari raya ini secara sembarangan atau hanya sekadar iseng. Setiap hari raya memiliki makna dan ada sesuatu yang Tuhan sediakan untuk kita alami. Dalam tulisan ini, kita tidak akan membahas mengenai Hari Raya Pentakosta dan Hari Raya Pondok Daun melainkan berfokus pada Hari Raya Paskah yang kemudian dilanjutkan oleh hari raya roti tidak beragi dan hari raya buah bungaran(persembahan sulung/firstfruit).
Hari Raya Buah Bungaran/ Buah Sulung (First Fruits)
Hari Raya Paskah dilakukan pada hari ke-14 bulan Nisan/Abip yang ditandai dengan disembelihnya domba Paskah (Keluaran 12:6). Ini kemudian dilanjutkan dengan hari raya roti tidak beragi selama 7 hari dimulai pada hari ke-15 bulanNisan/Abip (Imamat 23:6). Hari raya buah bungaran dilakukan pada hari berikutnya, yakni hari ke-16 bulan Nisan/Abip (Imamat 23:11).
Jadi terdapat sebuah rangkaian dari paskah-hari raya roti tidak beragi-ke hari rayabuah bungaran. Dalam perjanjian baru, rangkaian ini digenapi dengan sangat presisi yakni melalui kematian Kristus (saat penyembelihan domba Paskah) dan kebangkitannya (saat hari raya buah bungaran).
Pada saat hari raya buah bungaran/buah sulung, orang Israel harus membawa hasil pertama penuaian, yang terbaik, dari ladang yang ia usahakan (Imamat 23:10, Keluaran 23:19). Berkas ini dibawa kepada imam di mana imam kemudian akan mengunjukkannya di hadapan Tuhan.
Sebetulnya pemberian buah sulung yang terbaik merupakan pola yang berulang dalam Alkitab dari perjanjian lama hingga perjanjian baru. Dalam beberapa kasus, bahkan “buah sulung” ini tidak terbatas pada “berkas” saja. Habel mempersembahkan anak sulung dari kambing dombanya dan Tuhan mengindahkan korban Habel (Kejadian 4:4), Hana bernazar memberikan putra sulungnya kepada Tuhan dan Tuhan membuka kandungannya (1 Samuel 1:10), dan di dalam perjanjian baru Yesus sendirilah buah sulung itu (1 Korintus 15:20-23), yang sulung dari tuaian besar yang datang setelah kebangkitan-Nya.
Mengapa Memberikan Persembahan Sulung?
Uraian di atas menunjukkan bahwa persembahan sulung merupakan prisip yang terdapat didalam Alkitab, terdapat dalam “kalender ilahi”-Nya Tuhan dan mereka yang melakukannya pasti mengalami Tuhan dan berkat-Nya karena mereka bergerak dalam musim dan waktu-Nya Tuhan!
Amsal3:9-10 menyatakan prinsip ini dengan sangat baik, “Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.”
Mari kita lihat Keluaran 23:14-33 untuk memahami dampak memberikan persembahan sulung. Ketika kita memberikan persembahan sulung (ayat 16 dan 19), kita sedang melakukan firman Tuhan, masuk dalam kalender ilahi-Nya lebih lagi, dan ini akan membawa kita mengalami Tuhan sebagaimana Ia janjikan sebagai berikut:
1. Malaikat Tuhan (Tuhan sendiri) akan berjalan didepan kita melindungi kita di jalan dan membawa kita ke tempat yang telah Ia sediakan (ayat 20). Alkitab bahasa Indonesia menggunakan kata “malaikat” namun dalam bahasa Inggris digunakan kata“Angel” (dengan huruf “A” besar). Jika kita membaca Keluaran 23:20-33 dengan seksama, kita akan memahami bahwa malaikat yang dimaksud di sini adalah Tuhan sendiri.
2. Tuhan akan melenyapkan musuh-musuh kita (ayat22-23)
Tuhan akan membawa kita pada “orang Amori, orang Het, orangFeris, orang Kanaan, orang Hewi dan orang Yebus” (di masa itu, mereka semua adalah musuh-musuh orang Israel), dan Ia akan melenyapkan mereka. Kita akan menghadapi “musuh-musuh” kita—ya, menghadapi bukan “dihindarkan” dari mereka—dengan jaminan kemenangan, bukan dengan ketakutan atau kegentaran. Kita bisa menghadapi mereka dengan berani karena Tuhan akan memusuhi musuh kita dan melawan lawan kita. Jika Allah di pihak kita, siapakah lawan kita?
3. Tuhan juga akan memberkati “roti makanan kita”dan “air minuman kita” sehingga tidak ada penyakit di tengah-tengah kita (ayat25)
Tuhan akan memberkati apa yang kita “makan” baik secara jasmani maupun rohani. Kita tidak akan “sakit” tetapi justru bertumbuh, semakin hari semakin kuat di dalam Tuhan.
4. Tidak akan ada keguguran atau kemandulan (ayat26)
Baik dalam kehidupan rohani maupun jasmani kita. Janji Tuhan dalam hidup kita tidak akan gugur dan apa yang kita kerjakan akan menghasilkan buah.
5. Kengerian akan Tuhan akan mendahului kita dan membuat semua musuh kita lari (ayat 27)
Kita akan mengalami penyertaan dan pembelaan Tuhan sehingga kita tidak menjadi orang-orang yang sibuk mencari pembelaan atau sibuk“mengurus” musuh-musuh kita. Kita dapat fokus pada kehendak Tuhan dan melakukannya.
6. Mewarisi tanah perjanjian kita (ayat 30)
Saat kita memberikan persembahan sulung dengan hati yang murni dan terus berjalan dalam ketaatan, kita akan mengalami sesungguhnya Tuhan menjadi partner hidup kita. Tuhan akan membawa kita masuk dalam panggilan tertinggi-Nya dan mewarisi “tanah perjanjian” kita.
Sekalipun demikian, kita harus tetap mengingat bahwa janji berkat yang luar biasa itu bukanlah hasil dari sebuah “ritual” melainkan ketaatan pada Tuhan. Kel 23:21-22 menegaskan agar orang Israel mendengar perkataan Tuhan (yang berjalan dengan mereka) dan melakukan segala yang Ia firmankan. Tuhan juga menegaskan agar orang Israel memastikan tidak ada berhala di hati mereka (ayat 24).
Tanpa ketaatan dan kekudusan adalah mustahil berjalan dengan Tuhan. Ingat bahwa hari raya buah bungaran adalah rangkaian dari Paskah (ketaatan dan pengorbanan “Domba Allah” bagi manusia), permulaan hari raya roti tidak beragi (hidup tanpa ragi/dosa yang berarti kekudusan) baru pada akhirnya hari raya buah bungaran. Jadi tidak ada hari raya buah bungaran tanpa ketaatan dan kekudusan. Kita tidak bisa memberikan persembahan sulung dengan hati yang tidak murni, atau hidup yang penuh dosa dan pemberontakan.
Ingat bahwa yang kita kejar adalah Tuhan, bukan berkat-Nya. Namun ketika kita“menangkap” sang Pemberi Berkat, jangan kaget ketika kita kemudian dibombardir dengan berkat-Nya. Berkat di sini yang terutama adalah pengenalan akan Tuhan dan “turunan-turunannya” yakni damai sejahtera, sukacita, kesehatan, pengurapan, perkenanan, penyertaan, juga termasuk perkara uang!
BagaimanaMemberikan Persembahan Sulung di Masa Kini
Siapa yang Memberikan Persembahan Sulung?
Yang memberikan persembahan sulung adalah mereka yang telah bekerja, yang telah memiliki “ladang” yang Tuhan berikan untuk dikelola. Jika kita belum mendapat pekerjaan, mari kita berdoa dengan sungguh hati! Dalam Keluaran 23:15, sebelum Ia memberi perintah tentang buah sulung, Ia mengatakan, “janganlah orang menghadap hadirat-Ku dengan tangan hampa.” Tuhan pasti memberi kita “ladang” supaya kita dapat melakukan firman-Nya dan menghadap hadirat-Nya dengan membawa “berkas yang terbaik dari ladang kita!”
Bagi yang belum bekerja, masih sekolah atau kuliah, tidak perlu memberikan persembahan sulung. Tetapi jika ingin belajar memberikan persembahan sulung, diperbolehkan melakukannya dengan berhikmat.
Kapan Memberikan Persembahan Sulung?
Di J4u kita bersepakat bahwa persembahan sulung diberikan setiap tahun selama bulan Nisan/Abip (Imamat 23:11). Pada lampiran gambar dapat dilihat bahwa tahun ini bulan Nisan dimulai pada tangggal 9 April dan berakhir pada tanggal 8 Mei. Memang berbeda dengan kalender Masehi yang kita pakai selama ini, maka dari itu kita perlu mengacu pada kalender Ibrani langsung. Jadi pemberian persembahan sulung dapat dilakukan selama bulan Maret hingga April 2016.
Berapa Jumlah Persembahan Sulung yang Harus Diberikan?
Persembahan sulung adalah hasil terbaik dari ladangmu selama setahun itu. Bagi yang bekerja sebagai karyawan, maka jumlah yang diberikan adalah sejumlah gaji tertinggi ditahun itu. Bagi yang berwirausaha, maka jumlah yang diberikan adalah sejumlah keuntungan tertinggi di tahun itu.
Kepada Siapa Persembahan Sulung Diberikan?
Persembahan sulung diberikan kepada Imam. Imam berarti orang yang melayani Tuhan dan melayani hidupmu. Berikanlah persembahan sulung kepada mereka yang memberi makanan rohani, yang mengajarkan kebenaran dan ketetapan Tuhan di hidupmu. Merekayang “mengunjukkan berkasmu” di hadapan Tuhan.
Wajibkah Memberi Persembahan Sulung?
Berbeda dengan perpuluhan, memberi persembahan sulung tidaklah wajib. Perpuluhan wajibkita bayar kepada Tuhan karena itu adalah hak Tuhan. Persembahan sulung merupakan sebuah “persembahan” sehingga tidak wajib diberikan.
Menjadi Pelaku Firman
Jadi sekali lagi, persembahan sulung bukanlah suatu “ritual” yang harus kita lakukan agar diberkati Tuhan. Persembahan sulung adalah perkara mengenali musim dan waktu yang telah ditetapkan Tuhan lebih lagi, masuk dalam “kalender ilahi”Tuhan lebih lagi, melakukan firman Tuhan lebih lagi, hidup berjalan dalam ketaatan dan kekudusan lebih lagi.
Ingat bahwa berkat Tuhan datang bukan karena besarnya persembahan yang kita beri. Bukankah Tuhan tidak membutuhkan uang kita toh Dia pemilik seluruh dunia ini? Namun Lukas 12:34 mencatat, di mana harta kita berada di situ hati kita berada. Ketika kita memberikan persembahan sulung, kita sedang memastikan bahwa hati kita tidak terikat pada uang dan kita tidak menaruh kepercayaan kita pada uang yang kita punya.
Melalui persembahan sulung, kita sedang mendeklarasikan pada Tuhan di mana hati kita berada! Kita sedang mendeklarasikan pada Tuhan bahwa kita rindu menjadikan-Nya partner hidup kita. Kita sedang mendeklarasikan pada Tuhan bahwa kita mau bergerak bersama-Nya, dalam musim dan waktu-Nya dan dengan cara-cara-Nya!
Selamat melakukan firman, murid-murid Tuhan. Bawalah persembahan sulungmu, “berkas yang terbaik” dari ladang yang Tuhan berikan kepadamu!
Penulis: Viona Wijaya
- Published in Catatan Khotbah
Persembahan Sulung
J4u, 2 Maret 2013
Ka Yorga
Pepuluhan:
1. Menghindarkan kutuk
2. Membuka tingkap – tingkap langit.
Perpuluhan bukan persembahan, tapi pembayaran. Perpuluhan dibayarkan oleh orang – orang yang sudah bekerja / berbisnis. Tetapi,bagi orang yang belum bekerja dan ingin belajar memberi perpuluhan, mereka tidak akan kehilangan berkatnya.
Umat Tuhan bicara tentang hubungan dengan Tuhan, bukan soal menghafal ayat / sekolah alkitab. Tuhan rindu kita menjadi pelaku firman, karena dengan melakukan firman membuat kita bertumbuh.
Keluaran 23 : 14-19
Menuliskan tentang 3 perayaan yang harus dirayakan oleh gereja Tuhan. Tiga perayaan ini terangkum dalam persembahan buah sulung. Dalam arti rohani, buah sulung berarti Yesus itu sendiri (Dia yang Sulung).
Keluaran 23 : 15
“..tetapi janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa.”
Kehendak Tuhan adalah tidak datang kepadaNya dengan tangan yang hampa, ini berarti bahwa Tuhan berjanji kita pasti bekerja dan memiliki penghasilan. Ia sendiri yang mengisi tangan kita. Dari ayat ini pun berarti anak Tuhan tidak ada yang malas. Orang yang malas adalah orang menolak berkat Tuhan secara langsung.
Keluaran 23 : 17
“Tiga kali setahun semua orangmu yang laki-laki harus menghadap ke hadirat Tuhanmu TUHAN.”
Laki – laki dalam perjanjian baru berarti orang yang beriman. Setiap orang yang beriman, melakukan perayaan buah sulung.
Kejadian 23 : 18
” Janganlah kaupersembahkan darah korban sembelihan yang kepada-Ku beserta sesuatu yang beragi, dan janganlah lemak korban hari raya-Ku bermalam sampai pagi.”
Ragi berarti dosa, janganlah mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan yang berasal dari dosa. Persembahan kita haruslah dari kerja keras kita sendiri.
Hasil dari melakukan 3 perayaan:
- Tuhan sendiri yang akan berjalan didepan kita, melindungi dan membawa kita ke tanah yang telah disediakanNya. (Keluaran 23 : 20)
- Setiap raja dalam perjanjian lama yang merayakan paskah 3 perayaan ini, disertai oleh Tuhan dan diberkati.
- Ketika jemaat berdoa dan merayakan paskah, Petrus diselamatkan dari penjara (Kis 12 : 1)
Orang – orang yang melakukan persembahan sulung berhak mengklaim Tuhan sebagai partnernya selama satu tahun. Memberi persembahan bukan supaya kita diberkati, tetapi untuk melakukan firman Tuhan.
- Published in Catatan Khotbah