First Fruit / Buah Sulung
Persekutuan J4u
BTC, Lt.P1 Ruang Azalea 2
Sabtu, 01 Februari 2014
Pembicara : Ka Yorga S. Parnadi
Prinsip Dasar Buah Sulung
Amsal 3:9-10 “9 Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, 10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.”
Buah Sulung
Buah sulung bukanlah tuntutan legalistik yang mutlak harus dilakukan seperti sepuluh perintah Allah. Untuk sepersepuluh, sifatnya wajib karena kita mengembalikan apa yang menjadi milik Tuhan.
Namun ketika buah sulung dilakukan, ada terobosan yang membawa kita dalam tingkatan berkat Tuhan yang lebih besar, yang memampukan kita melakukan visi Tuhan yang besar pula.
Persembahan buah sulung dan sepersepuluhan ditujukan bagi yang sudah bekerja. Bagi yang belum bekerja boleh belajar melakukannya tapi diambil bukan dari uang sekolah/kuliah melainkan dari uang jajan.
Buah sulung diberikan tiap tahun pada bulan pertama (kalender Yahudi) yaitu bulan Nisan/Abib yang jatuh pada tanggal 15 Maret 2014.
Prinsip buah sulung terlihat dari pola/pattern/model yang berulang-ulang terjadi di sepanjang Alkitab dari perjanjian lama sampai dengan perjanjian baru. Pola ini menunjukkan cara-Nya bekerja.
Prinsip Dasar Buah Sulung di perjanjian lama
1. Habel mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya (Kejadian 4:4). Setelah Adam dan Hawa berdosa, Allah membuat jubbah dari kulit binatang untuk mereka sebagai penutup tubuh. Arti profetiknya adalah untuk menutupi dosa, harus dengan menggunakan korban yang mengandung darah. Hal inilah yang Habel lakukan sehingga persembahan Habel diterima sedangkan Kain tidak.
2. Abraham merelakan putra tunggalnya yang sulung, yang amat dikasihinya sebagai korban bakaran bagi Tuhan (Kejadian 22)
3. Hana bernazar akan mendedikasikan anak pertamanya kepada Tuhan jika Tuhan membuka kandungannya dan memberikan anak laki-laki kepadanya (1 Samuel 1:10)
4. Janda di Sarfat mendahulukan Elia dengan memberikan makanan terakhirnya (1 Raja-raja 17). Janda ini satu-satunya janda di Israel yang bertahan hidup di tengah kelaparan yang hebat yang melanda seluruh negeri (Lukas 4:25-26), inilah pemisahan yang Tuhan lakukan untuk orang yang melakukan Firman.
Persembahan dan Hati
Nilai dan besarnya persembahan kita kepada Tuhan menggambarkan seberapa kita mencintai Tuhan dan seberapa takut akan Dia (Maleakhi 1:13-14). Tuhan sudah punya segalanya, tapi kita memberi persembahan sebagai bentuk penghoramatan kita pada Tuhan. Sama dengan seorang raja besar yang menerima upeti dari raja-raja kecil di sekitarnya sebagai tanda penundukan (takluk) pada raja besar tersebut. Upeti yang diberikan adalah yang terbaik.
Mari kita cermati kisah janda yang memberikan dua keping perak sebagai persembahan di bait Allah, arti profetiknya adalah janda tersebut memberikan seluruh hidupnya pada Tuhan pada hari itu karena dua keping perak itulah yang dia punya diberikan seluruhnya pada Tuhan. Genaplah Firman Tuhan yang berkata, “Di mana hartamu berada, di situlah hatimu berada..”. Hati janda tersebut hanya untuk Tuhan, bukan pada apa yang dia miliki. Maukah kita mengalami kuasa dari persembahan buah sulung?
MARILAH KITA MENJADI PELAKU FIRMAN!