FORGOT YOUR DETAILS?

Ketaatan

by / / Catatan Khotbah

Bang Yorga

14 April 2013

Di J4u, kita bukan hanya mendengar Firman, namun bersama-sama belajar melakukan Firman. Maria adalah seorang yang pastinya bertekun dalam Firman Tuhan sehingga dia dapat merespon Firman Tuhan yang datang padanya dengan cara yang benar, yaitu dengan merespon “sesungguhnya aku hamba Tuhan, terjadilah menurut perkataan Tuhan”. Maria tidak menolak ketika Malaikat Tuhan menubuatkan dirinya akan melahirkan seorang anak laki-laki mesias, padahal dia adalah seorang perawan (Lukas 1 : 26-38).

Proses yang dialami Maria untuk dipakai Tuhan sangatlah tidak mudah. Namun proses lebih penting dari hasil, karena proses yang menentukan hasil. Tidak ada seorang pun yang mengalami proses Tuhan akan berkata bahwa proses itu enak. Proses memang tidak enak, namun proses pemurnian Tuhan seperti api yang mengubah elemen dasar. Telur dipanaskan akan menjadi keras, sebaliknya wortel yang keras menjadi lembek setelah dipanaskan. Setiap proses yang Tuhan berikan bagi kita adalah untuk kebaikan kita, karena itu jangan keluar dari proses itu seberapa pun tidak enaknya.

Di dalam Tuhan tidak ada yang instan, Tuhan sangat menghargai proses. Kita ingat bagaimana Allah menyambar Uza, karena dia menyentuh tabut Tuhan saat tabut itu hampir tergelincir. Mengapa demikian? Karena caranya yang salah. Tabut Tuhan tidak dapat dibawa dengan ditarik kereta, tapi harus diusung oleh orang-orang Lewi.

Setiap proses memiliki saat yang ditunggu-tunggu, yaitu hari ujiannya. Jika kita bertekun di dalam proses, maka kita akan melewati ujiannya. Tapi jika kita keluar dari tengah proses, maka proses itu akan kembali kepada kita. Sebaiknya kita belajar dari Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang tidak keluar dari dapur perapian. Kita belajar untuk memiliki iman yang “jantan” seperti mereka. Iman sejenis itu dapat kita miliki dengan hidup dalam roh.

Dalam melalui proses, bukan pengurapan yang seharusnya kita minta. Untuk pengurapan, kita cukup mengucap syukur karena Tuhan telah memberikannya. Namun, kita perlu meminta keberanian untuk tetap merespon dengan benar. Kita membutuhkan iman untuk mengalami Tuhan di muka bumi. Di surga, kita tidak perlu lagi menggunakan iman, tidak akan ada lagi mujizat kesembuhan karena segala sesuatu telah disempurnakan. Jika kita ingin mengalami Tuhan di muka bumi, sekarang waktunya dengan melakukan langkah-langkah iman.

Langkah-langkah iman ini juga berarti dengan mulai mengeksekusi rencana-rencana yang telah dibuat. Saat ini kita memang belum melihat sesuatu dari penggenapannya, namun bukankah iman dibutuhkan karena sesuatu yang diharapkan itu belum ada (belum terjadi)? Kita harus percaya pada Tuhan yang telah mempercayai kita.

Untuk dapat melangkah dalam iman semacam ini, kita harus memiliki pola pikir kerajaan Allah. Pola pikir ini penting untuk dimiliki karena pola pikir membentuk hidup kita. Contohnya adalah pada orang Israel yang secara jasmani sudah keluar dari Mesir, namun Mesir tidak lepas dari ingatan mereka. Hal itu terlihat dari cara mereka komplain (bersungut-sungut) kepada Tuhan. Bahkan hanya 2 orang dari seluruh generasi Israel yang keluar dari Mesir berhasil masuk ke tanah perjanjian, yaitu Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune. Mereka memiliki pola pikir kerajaan Allah, yaitu beriman pada janji Allah.

Dengan beriman mentaati Tuhan, sesungguhnya tidak ada resiko kan? Bahkan sekalipun nyawa yang jadi taruhan, bukankah Tuhan sudah memberikan keselamatan? Poinnya adalah menjadi taat dan bersegera meresponi Firman Tuhan. Mari kita masuki pertempuran yang hasilnya sudah jelas bagi kita, yaitu kemenangan!

Orang yang seringkali tidak menuruti kehendak Tuhan, sesungguhnya karena mereka sudah punya agenda sendiri. Itu berarti kita tidak percaya bahwa agenda Tuhan lah yang terbaik. Mengapa kita masih menunda-nunda mengikuti kehendak Tuhan?

Kita harus belajar taat dan bersegera, jangan sampai kita ketinggalan kereta untuk menggenapi panggilan tertinggi dalam hidup kita masing-masing.

 

Baca Yesaya 40:1-5, 2 Samuel 6

Spread the love
TOP
Whatsapp Kami