My Light Has Come
Bukan buta secara fisik yang paling menyakitkan, melainkan buta secara roh/visi.
Terang kita telah datang dan terang itu adalah Bapa. Ketika kita bertemu terang itu, kita yang tadinya berpikir saya nothing menjadi something. Jika tidak ada perubahan, cek diri apakah kita menolak untuk bertumbuh atau masih dalam proses pembentukan. Mari kita perhatikan uraian berikut:
Yesaya 60 mencatat beberapa kondisi sebagai berikut:
-Bangsa Israel tidak siap dengan identitas mereka, maka mulai mencari ilah-ilah lain.
-Masa dimana bangsa Israel keluar dari pembuangan dan pulang ke Yerusalem
-Tanah kelahiran hancur
-Bangsa Israel berada dalam kondisi mental yang sangat rapuh
-Mulai disusupi dosa, kehilangan semangat dan tujuan
Ingatlah, dosa mampu mengikat seseorang dan membuat orang tersebut terpuruk jauh lebih dalam dibanding sebelum mengenal Yesus. Kita yang sudah lahir baru, langkah selanjutnya adalah mengerjakan keselamatan. Di dalam proses mengerjakan keselamatan, kalau kita tidak berjaga-jaga dan tidak bisa mengatasi stres, nantinya akan membuat kita jatuh lebih dalam. Bersyukur kita ada fasilitas untuk menjagai kita dari stres yaitu dengan pemuridkan, disiplin hubungan pribadi dengan Tuhan dan yang palling penting adalah Roh Kudus.
Tuhan memperbaharui kembali janji-NYA dan memulihkan bangsa Israel.
Titik balik dari bangsa Yehuda terjadi saat Hizkia mendapat tamu dari kerajaan Babel. Hizkia menunjukkan segala kemegahan kerajaannya, padahal itu sombong. Kesombongan merupakan dosa yang sangat dibenci Tuhan dan paling disukai iblis. Proses ini berupa merasa sudah tahu dan bisa, merasa bukan buat sendiri, merasa terganggu ketika ditegur. Kesombongan membuat kita seolah-olah naik, menikmati semua yang diingini oleh daging, tapi ketika semua berakhir, kita akan jatuh dan hancur. Ini adalah titik kritis. Maka seharusnya orang yang sudah lahir baru segera dimuridkan.
Bangkitlah, menjadi teranglah!
- Memiliki kesadaran untuk bangun dari “tidur rohani”
Banyak anak Tuhan setelah lahir baru masih dalam posisi tidur, tidak sadar dengan sekeliling, tidak sadar ketika Roh Kudus mengkoreksi, ini dapat terjadi sekalipun sudah dimuridkan.
Efesus 5:8-21
Tidak semua yang tampaknya baik itu datangnya dari Tuhan, kadang kala itu menjadi ujian iman buat kita dan menguji sejauh mana kita meresponi dengan benar. Buat level murid, bukan lagi bicara tentang dosa atau tidak dosa, tapi berbicara taat atau tidak.
Simak lagi ayat Efesus 5:28 tercatat kata “Hendaklah…penuh” (bentuk waktu ini pasif-imperatif) dalam bahasa Yunani mengandung arti “dipenuhi berkali-kali.” Artinya kita tidak pernah merasa puas dengan pengenalan yang ada. Terus dan terus dipenuhi oleh Roh.
Orang percaya mengalami kepenuhan Roh berkali-kali dengan:
-Memelihara iman yang hidup pada Yesus Kristus (Gal 3:5),
-Dipenuhi dengan Firman Allah (Kol 3:16),
-Berdoa,
-Mengucap syukur dan memuji Tuhan (Ef 5:19-20; 1 Kor 14:15),
-Melayani sesama (ayat Ef 5:21),
-Melakukan apa yang diinginkan oleh Roh Kudus (Rom 8:1-14; Gal 5:16; 1 Tes 5:19).
Bukan sekedar tidak berkompromi, tapi berani dan mampu “menelanjangi” kegelapan (Efesus 5:11).
Orang yang hidup belum tentu sadar. Seharusnya orang yang hidup dan sadar mengetahui apa yang harus dilakukan.
Tidak memiliki “buah Roh” (Galatia 5:22-23) berarti kehilangan kepenuhan Roh. Tidak ada hukum yang menentang buah roh. Buah roh adalah ciri dari orang yang dipenuhi Roh. Maka dari itu, kita harus terus bertumbuh dan berbuah.
- Memiliki kesadaran bahwa terang Tuhan telah terbit — Yesaya 60:1
Bangun — Sadar — Dapat bertindak melakukan yang telah dipercayakan.
Sadar: mengerti identitas diri sepenuhnya & tujuan hidupnya, Matius 5:14 mencatat bahwa kita adalah terang dunia. Kita harus bersinar di tempat “yang tinggi”, bukan “di bawah gantang”, TIDAK MUNGKIN TERSEMBUNYI. Kita tidak mungkin bisa bersembunyi. Inilah identitas kita.
Fakta Unik dari Terang:
-Diam – bekerja mesti tak bersuara
-Memberi arah – harapan dalam kegelapan
-Menarik perhatian – berlaku otomatis
-Memberi pertumbuhan – ke arah positif
-Memberi kejelasan – bukan sekedar benar dan salah. Jika kita belum jelas tentang hidup kita, mari bereskan, cari tahu dalam Tuhan.
Jangan biarkan identitas kita luntur karena apa yang ditawarkan dunia. Terang tidak mungkin bergabung dengan kegelapan. Tidak ada kompromi. Jangan lagi kita berkata “kenapa saya”, tapi mulailah berkata “Ini bagian saya”.
Cara menjadi Terang
1.Menjaga supaya Api Roh Kudus tetap menyala dalam kita:
- Setiap hari memeriksa persediaan minyak. Minyak adalah kehadiran/ pengurapan Roh Kudus.
Matius 25:1-13 mencatat bahwa baik gadis bijaksana maupun bodoh sama-sama punya minyak, bedanya gadis-gadis bodoh tidak membawa persediaan. Akankah dalam masa penantian ini roh kita masih menyala hingga saatnya “Sang mempelai” kita datang. Ketika tidak mengalami apa-apa/kegairahan dalam saat teduh, JANGAN BIARKAN. Nanti kelamaan akan jadi mati rasa, tidak peka lagi. Kalau ditunda, tingkat pengalamannya akan berbeda. Harusnya gregetan, mari terobos lebih lagi. Minta Tuhan uji hati kita. Masalahnya, padamnya api dalam hidup kita seringkali terjadi tanpa kita sadari, tiba-tiba padam.
- Memotong sumbu yang hangus.
Nyala api sebuah pelita ditentukan oleh kondisi sumbunya. (Yakobus 4:6b , 1 Petrus 5:5). Kedua ayat tersebut berbicara tentang kesombongan dibandingkan dengan kerendahan hati. Ketika kita meresponi langsung firman Tuhan maka api akan terus menyala dan semakin indah warnanya. Ijinkanlah Tuhan memotong bagian yang salah dalam hidup kita. sekali lagi, ini bukan bicara dosa atau tidak dosa, tapi apakah taat atau tidak taat.
- Menjaga baik-baik mata jasmani dan rohani kita
Matius 6: 22-23
Lukas 11: 33-36, ayat 34 mencatat bahwa mata adalah pelita tubuh kita. kenapa mata? Bukan kaki, tangan atau organ yang lain. Karena lewat mata kita melihat sesuatu, akan membangun persepsi untuk menanggapi suatu kejadian, itu yang akan menjadi pola pikir kta. Pola pikir kita seharusnya ditundukkan di bawah terang firman.
Bukan buta secara fisik yang paling menyakitkan, melainkan buta secara roh/visi.
Tuhan memilih dan memintamu menjadi terang-NYA
VISIONER yang melangkah bersama-sama Tuhan dalam lintasan yang tepat dengan cara-cara yang berkenan dihadapan Tuhan menjadikanmu menjadi seorang pemimpin, yang mampu menyelamatkan ribuan jiwa manusia, bahkan bangsa-bangsa. Contohnya adalah kisah Yusuf dalam Kejadian 41: 37-46. Secara logika, orang yang berada dalam penjara hanya bisa pasrah karena mantan napi, tapi Yusuf justru bisa bermimpi besar. Yusuf tetap memakai cara-cara yang benar. Ada satu pernyataan Firaun yang menarik, “akankah kita dapat menemui orang yang memiliki roh dewa-dewa seperti Yusuf.” Semakin besar dampak yang ingin anda buat, semakin besar pengaruh yang harus anda miliki.
Selanjutnya kisah Beltsazar, Sadrakh, Mesakh & Abednego (Daniel 1: 6-9)
-Daniel (“Allah adalah hakimku”) menjadi Beltsazar (“Bel, [dewa tertinggi Babel], melindungi hidupnya”);
-Hananya (“Tuhan menunjukkan kasih karunia”) menjadi Sadrakh (“Hamba Aku,” yaitu dewa bulan);
-Misael (“Siapa yang setara dengan Allah?”) menjadi Mesakh (“Bayangan pangeran” atau “Siapa ini?”); dan
-Azarya (“Tuhan menolong”) menjadi Abednego (“Hamba Nego,” yaitu dewa hikmat atau bintang fajar).
Dari kisah mereka, kita belajar bahwa meskipun dunia mengubah nama kita, identitas kita sebenarnya dalam Tuhan tidak berubah, yaitu alat kemuliaan-Nya. Maka kemuliaan Tuhan semakin dinyatakan.
Arti kata “mendengar” menurut KBBI:
- Dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga; tidak tuli;
- Mendapat kabar;
- Mengindahkan; menurut.
Arti mendengar sebenarnya adalah mengindahkan dan menurut. Kalau kita tidak mengindahkan dan menurut, berarti kita belum mendengar.
Yesaya 60:1
Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu.
Persekutuan J4U Bandung
Sabtu, 14 Juli 2018
Pembicara : Laura Teophilia
Tema: My Light Has Come
Venue: Rg. Cipaganti, Lt. 1, Kalya Hotel
- Published in Catatan Khotbah