Yesus Datang Membawa Pedang
Persekutuan J4u Bandung
Sabtu, 17 Januari 2015
Pembicara :Yorga Parnadi
Tema :Yesus datang membawa pedang
Venue :Rg. Azalea 2, Lt.P1, BTC
Ulangan 18:13-14
Matius 10:34-42
Setiap kita terus bertumbuh di hadapan Tuhan, maka kita akan mengenali siapa kita di hadapan Tuhan. Biarlah jawatan Tuhan berfungsi sebagaimana mestinya, untuk memperlengkapi umat Allah.
Apa yang kita lakukan itu berdampak kepada sekitar kita, atmosfir di mana kita berada pun berubah. Dalam alam roh pun terjadi perubahan dasyat, masa depan kita pun berubah. Ketika sedang berpuasa, kita tidak lagi menggunakan nilai-nilai dunia lagi, tapi nilai-nilai Tuhan. Perut boleh kosong, tapi roh tetap menyala-nyala. Kita sedang memasuki hidup kepenuhan roh. Dalam membangun manusia roh, ketika kita mulai merasakan pengurapan tidak mengalir, mulailah berpuasa, salibkan kedagingan kita. Berpuasa membuat segala sesuatu menjadi jelas.
Matius 10:34 “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.”
Pedang di sini artinya pemisahan. Tidak ada orang berdosa yang bisa mendekat pada Tuhan. Tidak ada orang yang tidak kudus datang mendekat pada Tuhan. Kitalah yang dikuduskan oleh Tuhan. Berdoa adalah berbicara dengan Tuhan, salah satunya adalah permintaan, siaplah dengan jawaban Tuhan, bukan membawa paradigma sendiri. Sediakanlah “kertas kosong”. Jawaban Tuhan bisa YA, TIDAK atau TUNGGU. Ada sikap-sikap yang tidak siap. Contohnya perkara pasangan hidup, orang yang tidak siap akan mulai panik, tidak jelas kapan menikah, mulai melakukan cara-cara dunia yang tidak jelas. Cara-cara yang tidak jelas akan membawa kepada dosa.
Inilah yang dimaksud dengan pemisahan. Yesus berkata, siapakah yang disebut saudara dan ibu Yesus, dialah yang melakukan Firman. Ikatan Firman lebih kuat daripada ikatan darah. Pemisahan terjadi dalam hal melakukan kebenaran, Firman, dan panggilan. Ketika kita melakukan sungguh-sungguh Firman Tuhan, maka dia yang tidak melakukan Firman akan terpisah dari kita. Terjadi perbedaan yang kontras. Ada satu titik level kerohanian dimana tidak ada suatu kuasa keduniawian yang sanggup membuat kita turun, kecuali orang itu memutuskan turun. Contohnya Paulus, semua ditentukan olehnya, bahkan kematian pun dia yang pilih. Putuskanlah untuk terus mengenal Tuhan.
Ayat 35-36 “Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.\”
Ini bukan berarti mertua dengan menantu memang selalu bertengkar, tapi justru karena kurangnya komunikasi. maksudnya adalah, jika kita melakukan Firman dengan sungguh, maka kita menjadi faktor penentu buat keluarga. Orang yang menabur akan menuai. Hidup kita akan terlindung dalam naungan Tuhan. Disinilah perbedaan akan tampak jelas di keluarga.
Ayat 37 “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.”
Bicara tentang larangan untuk mengkultuskan salah seorang dalam keluarga. Sesuai dengan Firman “jangan ada Allah lain di hadapanKu”. Kasihilah orang tua tapi tidak melebihi Tuhan.
Ayat 38 “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.”
Banyak orang pikul salib, menderita, tapi sebenarnya sedang tidak ikut Tuhan. Dapat diketahui dari gaya hidupnya, tidak berdoa, tidak mengerjakan panggilan, tidak mendengar suara Tuhan. Pikul salib berbeda dengan bayar harga. Pikul salib adalah menderita karena iman kita pada Kristus. Orang yang menolak pikul salib biasanya buahnya adalah plin plan, tidak melakukan Firman dan menyangkal Yesus. Bayar harga adalah sesuatu yg kita lakukan untuk berjalan bersama Tuhan dan mengerti kehendak Tuhan. Hobi kita dipotong dan kesenangan kita tidak bisa dilakukan lagi. Contohnya adalah Tuhan berkata pada Juanita Bynum untuk tidak memakai celana jeans seumur hidup. Contoh lainnya, Tuhan berkata pada Paul Keane dan Sadhu Sundar Selvaraj untuk tidak menikah. Dalam pemuridan, baik pembimbing maupun murid sama-sama bayar harga.
Ayat 39 “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”
Bicara tentang beriman hanya kepada Tuhan. Bukan jadi takut mati. Hidup dan mati untuk Tuhan.
Ayat 41 “Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.”
Menyambut nabi dilakukan dengan mendengar apa yg disampaikan nabi tersebut. Murid Tuhan ketika datang membawa hadirat Allah, segalanya menjadi jelas dan terberkati.
Tahun ini bicara tentang percepatan, mari kita berlomba-lomba. Apapun yang kita lakukan akan terjadi percepatan yang selalu diikuti dengan pelipatgandaan. Panasnya lebih dari yang sebelumnya. Dibutuhkan orang yang dipenuhi oleh roh lebih dari sebelumnya.Mari kita bertindak, tidak diam saja. Lepaskan tiap keyakinan-keyakinan yang tidak berasal dari Tuhan. Kita tidak akan menjadi biasa karena Tuhan kita luar biasa. Kita akan biasa dengan yang luar biasa dari semua sisi hidup kita. Tinggal kitanya MAU mengalami atau tidak.
Pesan : Untuk pemimpin, tetap puasa selama sebulan, 3x seminggu, full sampai jam 6sore.
- Published in Catatan Khotbah