Bayar Harga di Ladang Pelayanan
Ladang bicara tentang organisme, bukan organisasi. Jika kita memandang organisasinya terus, kita akan kelelahan, bahkan kecewa. Mari pikirkan dan berbeban buat jiwa-jiwa(organisme) yang ada di dalamnya.
Tema yang kita bahas hari ini adalah mengenai bayar harga di ladang pelayanan. Mari kita perhatikan dalam Filipi 2:12-18. Ayat yang ke 12 mencatat pesan Paulus, “Tetaplah kerjakan keselamatanmu”. Jangan berhenti dari sekedar diselamatkan. Ingatlah bahwa Tuhan memanggil kita bukan untuk sekedar diselamatkan, tapi juga dituntun kepada terang-Nya yang ajaib. Hidup kita, pekerjaan kita, masa depan kita juga akan dibukakan. Tentu saja ada prosesnya. Tuhan mau kita mengejar kedewasaan rohani, bukan lagi bicara keuntungan pribadi. Kita harusnya mulai memikirkan orang lain. Orang dewasa berani mengambil tanggung jawab. Bagaimana dengan kita? Apakah kita mau mengambil tanggung jawab untuk memuridkan?
Ayat 14, Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantah. Dari J4U berdiri, pemimpin kita memberi teladan untuk tidak bersungut-sungut, mengeluh lelah, berbantah-bantah. Mungkin lingkungan tidak menyenangkan. Kalau kita bersungut-sungut, bagaimana berkat Tuhan bisa turun. Walaupun pemimpinnya menyebalkan, tidak sesuai harapan kita, tetaplah jangan bersungut-sungut. Hati-hati gunakan jarimu, jaman sosial media bukan menjadikan kita bebas bicara sekehendak hati.
Ayat 15, menegaskan bahwa kita harus berdiri di tengah generasi yang bengkok ini. Hancur oleh berbagai penyimpangan, LGBT, narkoba, kejahatan. Tapi marilah menjadi standar bagi generasi ini. Bersinar menerangi generasi dengan karakter yang benar.
Tuhan tidak pernah menuntut, tapi karena kita mengasihiNya, kita memberikan dengan kerelaan. Apa yang kita bisa berikan untuk pembangunan generasi ini, berikanlah. Tidak ada yang sia-sia.
Iman bisa muncul ketika ada rasa memiliki. Di tempat kerja, kita bukan sekedar pegawai. Sanggupkah kita punya mental ini? Mana mungkin pemilik mengutuki tempat kuliahnya atau tempat kerjanya.
Ada beberapa hal mengenai bekerja di ladang Tuhan:
1. Kita dipanggil bukan sekedar untuk selamat. Matius 4:18-22, Markus 1:16-20, Lukas 5:1-11.
Di dalam Markus 1:16-20 tercatat bahwa Yesus memanggil murid-muridnya. Yesus bukan sekedar memanggil murid, tapi juga menyatakan panggilan hidup mereka, yaitu penjala manusia. Reaksi Simon Petrus dan Andreas langsung MENINGGALKAN jalanya. Ada hal yang mau Tuhan kerjakan dalam kerluarga kita, sekolah kita, kampus kita, tempat kerja kita melalui HIDUP KITA. Ayo tangkap pesan ini bersama. Jangan sampai ada murid yang tidak memuridkan. Hanya orang dewasa yang bisa punya anak, jadilah dewasa.
Orang cenderung banyak beralasan untuk tidak mau memuridkan. Sedangkan isi hati Tuhan adalah jiwa-jiwa. Bagaimana dengan hubungan pribadi kepada Tuhan? Minimal kita mendapati beban jiwa-jiwa, menangis buat mereka. Mari kita mulai dengan orang-orang dekat, teman dan rekan. Pasti ada waktu untuk menyampaikan injil. Kemudian muridkanlah.
2. Ladang Tuhan
Ladang adalah tempat dimana Tuhan panggil kita untuk bekerja dan belajar. Ladang juga bicara tentang visi. Aneh jika hobi dan kegiatan kita berbeda jauh dengan visi kita. Ladang juga bicara tentang jiwa. Yesus mengajar muridnya untuk memandang sekeliling bahwa ladang sudah menguning, maksudnya adalah untuk bergerak menuai.
Sejak jaman Yesus hidup di bumi, ladang telah menguning. Mari kita buka dalam 1 Korintus 3:9, Tuhan menganggap kita sebagai kawan sekerja Allah. Jadi kesimpulannya adalah Ladang bicara tentang organisme, bukan organisasi. Jika kita memandang organisasinya terus, kita akan kelelahan, bahkan kecewa. Mari pikirkan dan berbeban buat jiwa-jiwa(organisme) yang ada di dalamnya. Kita adalah bangunan Allah.
Untuk masuk dalam ladang Tuhan, kita harus punya sikap hati yang benar.
3. Meninggalkan
Sama seperti respon Simon Petrus dan Andreas yang meninggalkan jala mereka, kita juga harus meninggalkan ego kita. Ini bicara tentang manusia lama kita, TINGGALKAN. Kalau kita sekarang cuek, ayo miliki kasih dan kerendahan hati untuk mulai memperhatikan orang lain.
Ingatlah kisah Elia dan Elisa. Sewaktu Elia memanggil Elisa, Elisa langsung membakar bajaknya, lembu yang 12 pasang juga dipotong. Ini berarti bahwa Elisa tidak ada rencana untuk kembali lagi ke kehidupan lama, semuanya ditinggalkan. DESAK TERUS. Kalau kita memiliki iman, kita tahu apa yang harus dilakukan. Sebagai manusia, kita punya kekuatiran. Tapi mari putuskan untuk tidak kuatir. Mazmur 34 mencatat, kemalangan orang benar banyak, tapi Tuhan meluputkannya. Tiap hari kita mengalami masalah, tapi kita akan diluputkan. Ayo alami Firman ini.
Dalam hal memberi juga sama. Mungkin sekarang kita berpikir dan berpikir untuk memberi. Ketika ada dorongan untuk memberi, maka lakukan saja. Mari belajar untuk memberi di luar kapasitas kita. Terus naikkan kapasitas memberi kita. Jika kita mau mengalami berkat Tuhan, lakukan dulu FirmanNya, maka kita juga akan mengalami bagaimana surga menyertai kita. Pelebaran kapasitas timbul ketika sudah terbiasa melakukan FirmanNya. Biarlah hati kita tidak terikat pada uang, tapi kepada Tuhan.
Ayo tinggalkan kebiasaan lama kita. Mulai dengan mengingat tanggal lahir sesama kita. Ucapkan selamat ulang tahun kepada saudara yang berulangtahun. Kita tabur waktu, maka kita akan menuai waktu. Kita tabur uang, maka kita akan menuai uang pula.
Sekali lagi, mari kita tinggalkan kekanak-kanakan kita. Bukan lagi berkata punya saya, saya dan saya. Mari kita lihat dalam 1 Korintus 13:11. Jangan cepat-cepat kecewa. Apa yang bisa kita kerjakan, maka kerjakanlah. Kita melihat sesuatu yang berantakan, mari rapihkan. Masihkah kita bergegas? Meskipun mulai jadwal masih lama, kita sudah hadir dan membantu persiapan. Kenapa kalau ada yang baik, kita tidak tiru? Mulai dari diri kita.
4. Menabur=Menuai
Jika kita mau menuai, mulailah dengan menabur dulu. Mazmur 126:5, siapa menabur maka dia yang akan menuai. Kita akan menuai dengan membawa berkas-berkasnya. Mungkin sekarang kita hancur hati, mencucurkan air mata, tapi JANGAN BERHENTI. Pada saatnya nanti, kita pasti menuai. Jika kita tidak menabur, nanti kita akan kehilangan sukacita penuaian.
Selanjutnya di dalam 2 Korintus 9:6-15 tercatat sebanyak kita menabur maka sebanyak itulah kita akan menuai. Ayo jangan sekedar menabur hari-hari ini. Sampai taburanmu menyentuh hati Bapa. Naikan standar menabur kita. Firman mengingatkan kita untuk menabur dengan kerelaan, bukan paksaan. Kita menabur dengan sukacita. Jika syarat-syarat tersebut dipenuhi maka Allah akan mencukupkan kita dalam segala sesuatu. Dia memperhatikan kita. Supaya kita terus bisa memberkati orang lain. Bahkan berkelebihan dalam berbagai kebajikan, berbagai kebaikan.
Betulkah kita meminta perubahan? Betulkah kita meminta pemulihan bagi negeri ini? Betulkah kita meminta pekerjaan hari-hari ini? Naikkan iman kita, supaya apa yang dilihat dalam doa kita mengambilnya dengan tangan iman kita karena sebenarnya semuanya itu sudah Tuhan sediakan. Miliki pola pikir bersegera. Singkirkan kemandulan rohani. Jadilah dewasa rohani, mau mengambil tanggung jawab atas hidup orang lain.
Tuhan yang menyediakan benih bagi penabur. Hukum Firman tidak sama dengan hukum dunia. Dunia bilang 1 + 1 = 2, tapi Tuhan bisa menjadikan 5, 10, 100, terserah Tuhan. Dia sendiri yang menyediakan benih untuk ditabur, kita tidak pernah kekurangan.
Selanjutnya di dalam Lukas 12:34 mencatat bahwa harta bicara tentang hati. Di manakah hati kita berada hari ini? Bayar harganya.
Terakhir, mari kita lihat dalam 2 Tawarikh 16:9a, Karena mata Tuhan menjelajah ke seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.
Tuhan siap melimpahkan kuasanya kepada setiap kita bagi setiap kita yang bersungguh hati. Mari miliki kerinduan yang sama dengan Bapa, yaitu jiwa-jiwa.
Persekutuan J4u Bandung
Sabtu, 26 November 2016
Pembicara: Merlin Titahena
Tema: Bayar Harga di Ladang Pelayanan
Venue: Rg. Azalea 2, Lt. P1, BTC