Disiplin Rohani
Pilih-pilih makanan sering terjadi pada bayi-bayi rohani yang sedang dalam pelatihan. Banyak yang terperangkap sebagai bayi rohani karena tidak memiliki ketekunan.
“Kami bukan hebat tapi terlatih.” Ini adalah semboyan dari Kopassus (Komando Pasukan Khusus), pasukan elit Indonesia. Tidak mudah menjadi Kopassus, anggota Kopassus hanya prajurit pilihan dari angkatan laut dan darat. Bahkan dari sedikit yang terpilih, banyak yang tidak berhasil melalui ujian Kopassus dan dikembalikan ke angkatannya. Murid-murid Tuhan di J4u sedang dipersiapkan untuk misi sekaliber “Kopassus” karenanya perlu kedisiplinan untuk beralih dari “bayi rohani yang minum air susu” menjadi “orang dewasa yang dapat mengunyah makanan keras”.
Sebelum disapih bayi memang sebaiknya diberi air susu ibu dulu selama setidaknya 6 bulan. Namun, seiring bertambah usia dan perkembangan kebutuhan gizi, makanannya harus mulai beragam. Kadang-kadang anak tidak suka dengan makanan bergizi yang diberikan orang tuanya, misalnya sayuran. Orang tua yang baik akan memaksa anaknya untuk makan, karena jika tidak anaknya akan kekurangan gizi yang sebenarnya penting sekali untuk pertumbuhan ideal. Pilih-pilih makanan (tidak disiplin dalam makan makanan bergizi) ini pun sering terjadi pada bayi-bayi rohani yang sedang dalam pelatihan menjadi murid-murid “Kopassus” nya Tuhan. Banyak yang terperangkap sebagai bayi rohani karena tidak memiliki ketekunan.
Yakobus 1:4 “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”
Ketekunan dalam berdisiplin rohani memiliki makna bahwa kita berdisiplin dalam pertandingan hidup kita dengan mengarahkan mata pada Tuhan, tidak berfokus pada “si aku” lagi. Pertandingan terberat adalah melawan diri sendiri, “si aku”. Contohnya perkara saat teduh. Di pagi hari, bukan iblis yang membuat kita tidak saat teduh, melainkan diri kita sendiri. Syukurnya, Firman Tuhan berkata kalau tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan menguasai diri dalam segala hal (1 Korintus 9:25). Kita juga perlu mengevaluasi prioritas dalam hidup kita, apakah masih komik, film, jejaring sosial, makanan tertentu, atau kebiasaan-kebiasaan lainnya? Kita harus dapat menang melawan semua itu.
Ketekunan menghasilkan buah matang yang akan terlihat dalam perubahan karakter kita. Ketika kita fokus mengikuti Tuhan, kita akan menjadi lemah lembut dan rendah hati (Matius 11:29). Lemah lembut juga berarti dapat ditegur, mau berubah, dan bersedia dibentuk. Selain itu dengan ketekunan, kita akan memiliki stamina roh yang bermanfaat untuk memampukan kita menepati semua agenda yang telah Tuhan tetapkan bagi kita : keluarga, pekerjaan, pemuridan ke bawah dan ke atas, persekutuan, dsb. Sementara itu, kekuatan roh kita pun akan meningkat sehingga kita memiliki kepekaan dan kuasa dalam meresponi perkara-perkara yang suka terjadi secara tiba-tiba. Semua hal ini membantu kita untuk menempati jawatan kita dalam tubuh Kristus, baik sebagai pengajar, nabi, rasul, penginjil, maupun gembala.
Buah yang matang tersebut supaya kita sempurna, utuh, dan tak kekurangan suatu apa pun. Kita menjadi sadar bahwa yang kita perlukan sebenarnya adalah Tuhan saja, segala hal lainnya adalah tambahan. Paulus, sekalipun memiliki posisi yang terpandang namun setelah berjumpa dengan Tuhan dan tekun membangun hubungan dengan Tuhan, mengatakan bahwa segala pengetahuan, kehormatan, dan hal-hal lain yang dunia pandang mulia seperti sampah.
Sama seperti seleksi pada calon anggota Kopassus, hanya orang yang berdisiplin rohani yang dapat bertahan sebagai murid Kristus sampai akhir. Tidak heran, Firman Tuhan mengatakan banyak yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan sebagainya. Namun seperti semboyan Kopassus, mari kita menjadi murid Tuhan yang dewasa rohaninya (sempurna, utuh, dan tidak kekurangan suatu apa pun) bukan karena kehebatan kita, namun karena terlatih.
J4u Jabodetabek
Sabtu, 28 Mei 2016
Pembicara : John Ronaldo
Lokasi : Wisma PGI, Ruang Meeting 2