FORGOT YOUR DETAILS?

Hadirat Tuhan

by / / Catatan Khotbah
Hadirat Tuhan bukan sekedar perasaan damai. Hadirat Tuhan mengandung bobot yang menekan sehingga orang tidak bertahan berdiri, efeknya hingga fisik. Secara rohani, hadirat Tuhan juga mendesak keluar semua yang tidak berkenan dalam hidup kita. Inilah yang menyebabkan orang yang mengalami hadirat Tuhan, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
Persekutuan J4u Bandung
Sabtu, 25 Juni 2016
Pembicara: Ester Irene Rumthe
Tema: Hadirat Tuhan
Venue: Rg. Azalea 2, Lt. P1, BTC
Jika kita mencari asal kata hadirat Tuhan dalam bahasa Ibrani, ternyata tidak ada, tapi hadirat Tuhan memiliki kesamaan akar kata dengan kata Kavod(baca:Kaw-bode) yang diterjemahkan sebagai kemuliaan. Perhatikan dalam kitab Keluaran 40:34, “ Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, “
Di sini kita dapati bahwa kavod diterjemahkan sebagai kemuliaan. Hadirat Tuhan adalah kemuliaan Tuhan, bukan hanya sekedar Tuhan datang. Wah, menarik untuk disimak bahwa selama ini kita sering kehilangan arti sebenarnya dari hadirat Tuhan. Mari kita selidiki lebih lanjut.
Keluaran 40 mencatat bahwa kemah suci dibuat secara presisi. Ada persiapan-persiapan yang dilakukan Musa dan bangsa Israel. Ada pelataran, ruang kudus dan ruang maha kudus. Dalam tiap ruangan terdapat perabotan dan tata cara menatanya. Ruang maha kudus harus gelap tidak boleh ada cahaya, maka tirainya dibuat berlapis. Orang-orang yang ditunjuk adalah ahli yang cakap di bidangnya.
Bandingkan pula dalam 1 Raja-raja 8:1-13 yang mencatat kisah pentahbisan bait suci. Meski dalam zaman yang berbeda, tapi terdapat kesamaan pola yaitu adanya persembahan korban yang menyebabkan kemuliaan Tuhan turun.
Di dalam 2 Tawarikh 5:2 dan 6:1-2, disebutkan kata awan kemuliaan (shekinah glory = visible presence/glory of God). Jadi hadirat Tuhan memang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, penulis kitab hanya mengungkapkan apa yang dia lihat pada waktu kemuliaan Tuhan turun, yang pada waktu itu berbentuk awan. Sama halnya pada waktu pencurahan Roh Kudus, di Perjanjian Baru, Roh Kudus tampak seperti lidah-lidah api.
Jadi, hadirat Tuhan bukan sekedar perasaan damai. Hadirat Tuhan mengandung bobot yang menekan sehingga orang tidak bertahan berdiri, efeknya hingga fisik. Secara rohani, hadirat Tuhan juga mendesak keluar semua yang tidak berkenan dalam hidup kita. Inilah yang menyebabkan orang yang mengalami hadirat Tuhan, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
Membaca Firman juga perlu hadirat Tuhan. Apakah kita membaca Firman dengan logika atau hati kita? Jawabannya ada pada pribadi kita. Jika kita membaca dengan hati, maka kita menjadi percaya dan timbul pengenalan akan Tuhan. Ingatlah bahwa bangsa Israel mendengarkan pembacaan kitab taurat semalam-malaman supaya pikiran terfokus pada kebenaran Allah sendiri. Mari taklukan pikiran kita hari-hari ini, karena bicara hadirat Tuhan adalah sesuatu yang SERIUS. Dosa membuat kita kehilangan kemuliaan Allah.
Berikut ayat-ayat yang mengilustrasikan kemuliaan Allah:
Keluaran 34:29-35
Keluaran 33:15-23
Mazmur 97:1-6
Ayat 2: awan dan kekelaman, ada wibawa Allah
Ayat 3: api menjalar di hadapan-Nya, menghanguskan semua musuh
Ayat 4: kilat-kilat menyambar, dunia gemetar
Ayat 5: bukit-bukit meleleh seperti lilin
Kembali ke kemah suci. Di ruang kudus terdapat bokor ukupan yang berfungsi menghilangkan bau daging dari luar (pelataran: tempat penyembelihan dan pembakaran korban) karena dalam ruang kudus tidak boleh ada bau daging. Bukit saja meleleh, apalagi “kedagingan” kita. Dendam, sakit hati habis terbakar dalam hadirat Tuhan. Cara-cara kita hidup akan terus dibakar dalam hadirat Tuhan, tidak mungkin sama lagi. Cara kita saat teduh, cara kita baca Firman. Mari bayar harganya, tidak dengan cara gampangan, harus ada korban.
Bicara tentang korban, mari kita buka dalam 2 Tawarikh 7:1-3. Milikilah korban pagi dan petang karena hidup kita itu hidup untuk Tuhan, bukan untuk diri sendiri, pembimbing atau orang tua. Kalau bukan karena Tuhan, kita sudah habis. Masihkah kita mempersembahkan korban buat Tuhan? Tanpa korban maka tidak ada hadirat Tuhan.
Berikut adalah interpretasi kavod dari berbagai terjemahan:
Kata benda dari kavod adalah liver/ hati.
Dalam Ibrani 11:6 mencatat bahwa barangsiapa berpaling kepada Tuhan haruslah percaya bahwa Dia ada. Bicara percaya itu asalnya dari hati. Percaya dalam ayat tersebut dipakai kata “seen as being” (the seat of human will and emotion: tempat pusat kehendak dan emosi manusia).
Dalam bahasa Akadia, kavod berarti violent emotion or blind passion. Ya betul, anda tidak salah baca. Blind passion adalah kecintaan akan Tuhan yang tidak terbendung. Kecintaan ini yang membuat kita melakukan sesuatu lebih dan lebih lagi untuk Tuhan, tidak perlu disuruh. Tentu saja ketika kita mengalami hadirat Tuhan, kita tidak bisa jaga imej. Sudah tidak lagi kita pikirkan penampilan, baju bagus, make up cantik. Semua yang terjadi adalah kita menikmati hadirat Tuhan. Kita menari, tertawa, menangis bahkan rebah. Masa sih kita mampu tahan aliran hadirat Tuhan?
Arti lain dari terjemahan bahasa Arab, kavod berarti the seat of passion. Jika kita bertemu hadirat Tuhan, kita tidak akan kehilangan gairah/semangat.
Kesimpulannya, hadirat Tuhan bicara tentang hati. Upah dari orang yang bersungguh hati adalah Dia sendiri. Berhentilah beribadah tanpa hati. Berhentilah berdoa dengan pengetahuan kita. Berhentilah baca Firman tanpa hati kita sungguh-sungguh. Berhentilah menyembah tanpa hati. Kapan terkahir kita hancur hati? Kapan kita diam dan mengingat kebaikan Tuhan? Hanya menginginkan Dia saja. Mungkin kita tidak punya alasan untuk bersuka cita, tapi mari panggil nama-Nya dengan segenap hati. Panggil Yesus.
Kita hanya bisa menyentuh kemuliaan Tuhan dengan hati kita.
Spread the love
TOP
Whatsapp Kami