FORGOT YOUR DETAILS?

Pemuridan (Discipleship)

by / / Catatan Khotbah

28 April 2012

Pembicara : Bang Yorga

 

Pemuridan masih dan kembali menjadi seni yang terhilang di masa kini. Istilah pemuridan menjadi bias dengan komsel, parachurch, bahkan persekutuan. Dalam pemuridan yang sejati seharusnya dilakukan pengajaran “man to man” artinya setiap pribadi mendapatkan paket yang spesial bukan produk massal seperti di pabrik. Sebagai tambahan, dalam pemuridan setiap murid harus dipastikan juga menjadi pelaku Firman yang dibagikan. Koreksi (check and recheck) merupakan hal yang lumrah dalam pemuridan, seumpama sahabat datang dengan telunjuk bukannya menikam dari belakang.

Pemuridan juga dilandaskan atas keterbukaan sehingga baik pemurid maupun yang dimuridkan berbagi hidup dalam wadah pemuridan itu. Sangat mengherankan apabila setelah berjalan sekian waktu, pemurid menjadi orang terakhir untuk mengetahui apa yang terjadi dengan yang dimuridkannya. Selain itu, karena adanya hubungan yang erat sehingga pemuridan dengan jumlah murid yang banyak menjadikan pemuridan tidak efektif bahkan bukan lagi pemuridan. Namun perlu diingat, bahwa pembimbing tidak pernah mengambil posisi orang tua (kecuali orang tua sendiri yang memuridkan), karena orang tua adalah wakil bagi anak yang ditetapkan oleh Allah.

 

Pertumbuhan

Kedewasaan rohani seseorang tidaklah sama dengan kedewasaan jasmaninya. Seorang dewasa yang baru bertobat tetaplah mengalami masa bayi rohani lebih dulu.

Cara untuk mengetahui kedewasaan rohani seseorang pun bukan dari berapa lama ia sudah lahir baru, maupun banyaknya pelayanan “gerejawi” yang dilakukannya, namun dari buahnya. Buah-buah ini dapat dilihat dari karakternya yaitu bagaimana ia meresponi masalah. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menunjukkan kedewasaan rohaninya ketika mereka merespon tantangan raja Babel dengan tetap berpegang pada Tuhan. Firman Tuhan menjelaskan lebih gamblang dalam Galatia 5 mengenai buah-buah Roh.

Jika sudah memuridkan, kenalilah mereka yang dimuridkan. Di tahap mana ia berada sekarang dan sesuaikan cara mendidik dengan tahap pertumbuhannya.

 

Metamorfosis

Tidak ada orang yang memiliki hobi koleksi ulat (kecuali peneliti tentang ulat), namun banyak orang yang hobinya mengoleksi kupu-kupu. Tidak heran, mengingat paduan warna sayap kupu-kupu memang sangat indah. Bahkan banyak ahli desain merujuk kombinasi warna kupu-kupu dalam karyanya karena keindahannya terjamin. Hal serupa kita temukan pada murid. Fase “ulat” memang tidak menarik namun setelah keluar dari proses dalam “kepompong”, dia bertransformasi menjadi “kupu-kupu” yang indah.

Terkadang kita tidak sabar dan kasihan melihat bakal kupu-kupu menggeliat kesulitan keluar dari kepompongnya, tak sabar bertualang di langit yang membentang. Namun, jika kupu-kupu itu dibantu keluar dengan dirobek kepompongnya maka ia akan menjadi cacat dan gagal terbang. Bertahanlah hingga kita menjadi kupu-kupu yang indah keluar dari kepompong pemuridan, jangan mengambil jalur instan. Untuk pemurid, arahkan murid untuk mengandalkan Tuhan, namun doakan dan jagai dia.

 

Genggamlah balok es selama sekian waktu, semakin lama akan terasa semakin menyakitkan bukan? Kita seperti es tersebut yang seringkali menyakiti tangan Tuhan, namun Dia takkan pernah melepaskan genggaman-Nya pada kita kecuali kita yang melepaskan diri dari pada-Nya. Bertahanlah dalam pemuridan. Bertahanlah dalam penyembahan kepada-Nya, maka Ia akan menyingkapkan hal-hal yang ajaib dan besar.

 

Bang Yorga pun pernah hampir memutuskan untuk undur dari pemuridan saat difitnah oleh sesama pengerja. Namun, sesaat sebelumnya seorang murid lewat dan bersaksi tentang hidupnya yang diberkati melalui pelayanan Bang Yorga. Urunglah niatnya untuk undur. Bertahanlah, karena kau tidak tahu berapa ratus orang yang telah diberkati melalui hidupmu dan apa dampaknya bagi mereka jika kau undur. Belum termasuk orang-orang yang akan diberkati melalui hidupmu. 

 

Ciri-ciri dan syarat menjadi murid Kristus

  1. Percaya kepada Tuhan Yesus (harus lahir baru!) (Yoh 2:11)
  2. Diajar (Mat 28:18-20; Yoh 7:16-17)
  3. Saling mengasihi (Yohanes 13:35)
  4. EXERCISE (Yesaya 50:4)Jangan pernah takut untuk melakukan kebenaran Firman, bahkan jika salah mendengar. Mengembangkan kapasitas  dan tinggal dalam Firman (Yoh 8:31)
  5. Pikul Salib (Luk 14:26-27)Cara untuk memikul salib : 1. mengarahkan diri ke visi dengan melakukan apa yang Tuhan katakan.2. melakukan kebenaran yang telah diterima.

 

[Berikut ini adalah hal yang penting mengenai pemuridan dan baru Bang Yorga ajarkan di sesi ini. Baca/ingat/catat baik-baik!]

 

Pemuridan terjadi bukan semata-mata karena seseorang ingin dimuridkan dan pembimbingnya mau memuridkan, namun ada inisiatif yang berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, dalam pemuridan akan terjadi ikatan kuat antara pemurid dan murid. Pada saat murid undur bukan karena perkenanan Tuhan, maka akan terjadi luka di kedua belah pihak. Hal yang berbahaya adalah ketika dalam kondisi terluka itu, anak itu dimuridkan oleh pemurid lain, maka :

 

  • tidak dapat bertumbuh lagi, kecuali dia kembali pada pembimbingnya itu untuk diutus sehingga sumbat pertumbuhannya lepas. Seorang pemurid yang peka seharusnya menyadari hal ini jika terjadi pada yang dimuridkannya. Bang Yorga telah mengalami kejadian ini beberapa kali.
  • kehilangan ekosistem yang menyebabkan seseorang yang telah mengetahui visinya menjadi tidak dapat mempunyai kemampuan untuk menggenapinya, ibarat rajawali yang dipatahkan sayapnya dan terseok-seok menyeret sayapnya.
  • keluar dari tudung perlindungan Ilahi yang ada dalam hirarki pemuridan. Tudung Ilahi ini berasal dari Allah dan bukan pemurid, yang didapat melalui penundukan diri untuk dimuridkan. Jonathan David mengungkapkan bahwa sekiranya tudung Ilahi ini dilepas, maka seisi kerajaan maut akan seketika itu juga menyerang orang yang undur itu dan ia tidak akan tega melihatnya.

 

Bertahanlah dalam pemuridan, seperti Tetuka (Gatotkaca) yang diceburkan ke dalam kawah Candradimuka dan keluar sebagai laki-laki dewasa yang perkasa (kisah pewayangan Jawa –red).

Spread the love
TOP
Whatsapp Kami