Beban Jiwa-jiwa
Persekutuan J4u Bandung
Sabtu, 15 Agustus 2015
Pembicara: Ade Nugroho
Tema: Beban Jiwa-Jiwa
Venue: Rg. Azalea 2, Lt. P1, BTC
Beberapa pekan yang lalu kita telah belajar tentang bagaimana dipenuhi hadirat Tuhan. Setiap kita punya akses langsung untuk menghadap Tuhan, bahwa Sang Pencipta tinggal diam dalam hati kita melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Tuhan SUDAH merestorasi hubungan dengan manusia, tinggal kita yang memutuskan untuk tetap di dalam Dia.
Mari kita lihat kembali di Yohanes 14:12-31. Yesus ada dalam diri kita. Yesus berkata jika kita percaya pada Yesus, kita akan melakukan perkara-perkara yang besar bahkan lebih dari apa yang telah tercatat di Alkitab. Tapi banyak anak Tuhan seolah-olah tidak disertai kuasa. Gereja saat ini seolah-olah tidak berotoritas. Padahal Tuhan mau gereja-Nya bangkit di akhir jaman ini.
Kembali ke ayat 12, ternyata kuncinya adalah PERCAYA. PERCAYA dibangun melalui hubungan. Mulailah dengan berdoa sesuai kehendak-Nya. Di ayat 13, Bapa menjawab segala sesuatu yang kita minta melalui Yesus, supaya Bapa dipermuliakan. Ayat 14, siapa mengasihi Tuhan akan melakukan apa yang Tuhan perintahkan.
Ayat 17, kita dimampukan untuk mengenal Tuhan melalui Roh Kudus yang tinggal dalam kita. Ayat 23, sekali lagi Yesus mengulang bahwa yang mengasihi Tuhan adalah yang melakukan perintah-Nya. Mulai dari mengasihi yang terlihat yaitu pembimbing kita. Mungkin pembimbing kita banyak kekurangan. Tapi di dalam beliau, ada otoritas Tuhan mengalir kepada hidup kita. Apapun disiplin yang kita hari-hari ini, LAKUKANLAH. Maka kita akan terbiasa melakukan perintah-Nya.
Ayat 27, damai sejahtera tidak dapat kita temukan di dunia ini. Kita menyelam ke tubir laut, kita pergi ke ujung dunia, tapi dimanakah damai sejahtera dapat ditemukan. Yesuslah yang meninggalkan damai sejahtera. Ketika kita menerima Yesus, kita juga MENERIMA damai sejahtera. Sekali lagi, kita akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang besar karena kita memiliki otoritas ilahi dengan kita membangun hubungan dengan Tuhan.
Mari kita buka di Yesaya 41:1-20. Ada beberapa dampak ketika kita memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan:Ayat 1, kita mendapatkan kekuatan yang baru.Ayat 2, kita dapat hidup berkemenangan di setiap langkah. Ayat 4, Tuhan yang membangkitkan keturunan demi keturunan bagi kita. Jika Tuhan telah memberikannya, maka Dia juga akan memberikan kemampuan untuk membentuk mereka. Ketiga hal di atas PASTI kita alami karena Tuhan yang mengerjakannya. Tetapi dari kesemuanya itu, Tuhan juga mau kita mendukung satu sama lain.
Ayat 6-7 mengajarkan untuk tidak boleh malu meminta pertolongan satu kepada yang lain, bahkan dari yang lebih muda. Kemudian, saling mendukung dengan menghargai satu sama lain. Kuatkan hati yang lemah. Tuhan tidak mematahkan buluh yang terkulai. Tuhan juga tidak pernah memadamkan sumbu yang telah pudar.
Selanjutnya dalam ayat 10, Tuhan yang meneguhkan setiap kita. Apa yang menjadi keraguan kita, Tuhan akan terus menyatakan apa yang seharusnya terjadi bagi hidup kita. Begitu kita terhubung dengan Tuhan, maka ada hal-hal mustahil yang terjadi.
Ayat 18-20 mencatat, air memancar dari tanah kering, padang gurun menjadi telaga. Inilah yang akan terus terjadi dalam hidup kita. Kita akan berjalan dalam kemustahilan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Apa lagi yang akan terjadi dalam hidup kita ketika kita terus membangun hubungan dengan Tuhan? Ingat kembali kisah Elia dalam perjanjian lama. Elia menyatakan kuasa Tuhan bagi bangsa Isarel. Tanah yang telah lama kering menjadi dibasahi hujan kembali. Kisah ini dicatat kembali dalam Yakobus 5:17-18. Elia adalah orang biasa sama seperti kita. Lalu bagaimana Tuhan dapat memakai Elia dengan begitu luar biasa? Dia memulainya dengan DOA.
Ayo buka 1 Raja-raja 18:41-45. Elia terus berdoa sampai jawaban Tuhan terjadi. Sampai awan muncul sebesar telapak tangan di langit. Inilah salah satu cara mendemonstrasikan kuasa Tuhan. Hari-hari ini, jika kita mau mengalami kuasa Tuhan terjadi, TERUSLAH BERDOA. TERUSLAH BERDOA. TERUSLAH BERDOA. Sampai sesuatu terjadi! Apapun perkara kita, teruslah berdoa. Keluarga yang bermasalah, teruslah berdoa. Sakit yang tidak kunjung sembuh, teruslah berdoa. Sekolah dan kampus kita yang terpuruk, teruslah berdoa. Bujangnya Elia meresponi perintah Elia untuk pergi melihat awan yang muncul. Ketika mujizat terjadi, mana mungkin kita tidak bersukacita!
Setelah semuanya terjadi, mari kita belajar dari kitab Zakaria 4:6. Ingatlah bahwa semua itu bukan karena kekuatan / kuasa kita. Biarlah kemuliaan hanya bagi Tuhan. Kembalikan itu buat Tuhan. Tidak bisa kita bermegah dengan kejayaan masa lalu. Bersyukurlah senantiasa untuk apa yang Tuhan boleh ijinkan terjadi dalam hidup kita.
Karena semua itulah kita dipenuhi oleh Tuhan. Untuk terus mengenal Tuhan dan senantiasa mengucap syukur pada-Nya.
Mari kita terus membangun hubungan dengan Tuhan.
- Published in Catatan Khotbah
Beban jiwa – jiwa
J4u, 19 Mei 2012
Pembicara: Ka Merlin
Yehezkiel 3 : 16-19; 33 : 1-9
“Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.”
Yehezkiel 33 : 1
Firman ini datang kepadamu hari ini : engkau adalah penjaga!
Sejak lahir, kita telah ‘dibuat’ untuk menjadi penjaga. Dan ‘kota’ yang harus kita jaga yaitu keluarga, kampus, kota Bandung, bahkan Indonesia. Meniup sangkakala (menyampaikan suara Tuhan) merupakan tugas kita sebagai penjaga.
“Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku.”
Habakuk 2 : 1
Doa adalah menara tempat kita berjaga, dengan doa kita akan mengetahui apa yang akan terjadi atas ‘kota’ yang kita jaga.
Mengapa kita menjadi pengintai?
1. Allah begitu mengasihi dunia (Yohanes 3 : 16)
2. Sama seperti Yesus datang dengan belas kasihan untuk memanggil orang berdosa (Matius 9 : 13)
3. Setiap kita yang telah menerima keselamatan daripadaNya, dipanggil untuk menyampaikan keselamatan bagi orang – orang yang terhilang (Yesaya 61 : 1-3)
Memiliki beban pada jiwa – jiwa adalah impact dari kasih kepada Bapa
Matius 22 : 36 – 40
Kasih kepada Allah akan membuatmu mengasihi jiwa – jiwa. Sebaliknya, tidak ada kasih / beban untuk jiwa – jiwa = tidak mengasihi Allah.
Memiliki beban pada jiwa – jiwa adalah bukti tidak ada roh jahat dalam hidup kita.
“For wherever there is jealousy (envy) and contention (rivalry and selfish ambition), there will also be confusion (unrest, disharmony, rebellion) and all sorts of evil and vile practices.” – Amplified
Yakobus 3 : 16
dimana ada mementingkan diri sendiri, disitu ada ketidaktenraman(unrest), ketidakharmonisan(disharmony) dan pemberontakkan(rebelion). ketika ada kasih untuk jiwa – jiwa (orang lain) kita tidak mementingkan diri sendiri.
Memiliki beban pada jiwa – jiwa adalah bukti kedewasaan rohani
* untuk menjadi penjaga, seorang anak harus menjadi dewasa terlebih dahulu
* bayi/anak : berpusat pada diri sendiri / egois
* dewasa : mampu memberi diri bagi orang lain, memulihkan orang lain, memuridkan, mengajar, dll
Saat kita memutuskan untuk berubah menjadi dewasa, akan ada hal – hal yang diubah/dipotong. Adalah pilihan kita untuk mengijinkan perubahan/pemotongan itu terjadi. (menjadi dewasa adalah pilihan)
Sekarang apa yang harus kita lakukan?
1. berdoa : doa pribadi, doa jumat, doa pagi
2. kunjungan
3. mengajak ke persekutuan
4. menyampaikan injil Kerajaan Allah.
Ketika mengasihi dala harga yang harus dibayar
1. kerelaan hati untuk memberi waktu
2. kerelaan hati untuk memberi tenaga
3. kerelaan hati untuk memberi uang
- Published in Catatan Khotbah