Pasangan Hidup
Kekurangan cinta tapi mencoba mendapatkannya dengan jadian adalah SALAH. Cinta yang murni dan tulus berasal dari Tuhan. Bagaimana mungkin kita berpasangan tanpa memiliki cinta yang murni, itu namanya eros alias nafsu.
Kita akan belajar satu hal yang sangat penting bagi hidup kita, karena hal ini jika salah dilakukan dapat kehilangan visi. Kita tidak mengikuti apa yang holiwood ajarkan di film-filmnya. Di alkitab sebenarnya tidak ada istilah “pacaran”, yang ada adalah berpasangan hidup. Lebih baik kita mendengarkan kebenaran tentang pasangan hidup sejak dini agar siap sebelum berpasangan.
Banyak anak Tuhan yang menginginkan pasangan ilahi tapi memakai cara-dara dunia, ini MUSTAHIL. Holiwood mengajarkan bila seseorang secara biologis sudah matang maka dia siap berpasangan, tapi banyak orang yang umurnya sudah tua tapi mentalnya masih kanak-kanak. Di segala sisi hidup kita, mental itu sangat penting. Ada yang mengatakan bahwa “sukses itu mental”, bukan bicara jumlah uang yang dimiliki. Di Amerika, hadiah lotere itu menggiurkan, hingga 1 juta dolar. Tapi ada suatu studi mempelajari bahwa orang yang baru dapat lotere bisa menghabiskannya dalam waktu sebentar saja, mental mereka pun tidak berubah, tetap berkekurangan. Tidak semua orang miskin memiliki mental miskin, sebaliknya tidak semua orang kaya bermental kaya. Tetapi mental kerajaan lebih tinggi dari sekedar mental sukses. Mari dalam berpasangan, kenakanlah mental kerajaan.
Amsal 18:22, “Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan Tuhan.”
Jadi berpasangan hidup itu merupakan berkat Tuhan. Di Perjanjian Baru ada tertulis bila kita tidak bijaksana/sewenang-wenang kepada istri maka doanya terhalang. Berkatnya juga terhalang. Ingatlah hai pria-pria, wanita adalah penolong. Mendapat pasangan adalah mendapat berkat.
Amsal 19:14, “Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang, tetapi isteri yang berakal budi adalah karunia Tuhan.”
Kalau suami mulai jarang pulang ke rumah, ada apa dengan sang wanita/isteri. “Broken home” tidak selalu cerai, tapi ketika adanya masalah dalam keluarga tersebut. Maka kita harus mengerti kebenarannya. Bukan salah satu merasa lebih tinggi, yang lain lebih rendah. Harusnya ada saling menghormati dan menundukkan diri, bagi yang sudah dewasa rohani. Orang yang paling gampang tersinggung sebenarnya belum kuat/matang, karena tidak punya kekuatan.
Anak Tuhan tidak boleh buta cinta. Siapa yang bilang cinta itu buta? Kalau rambu-rambunya jelas, jangan coba-coba dilanggar atau negosiasi. Seperti tertib berlalu lintas di jalan raya, sangat berbahaya bila kita dengan sengaja melanggar, resikonya nyawa.
Dasar Firman 1, Kejadian 1:26
ADAM – HAWA
Sewaktu Tuhan bicara segambar dan serupa dengan Allah, artinya bicara kualitas roh. Kita diciptakan untuk taat kepada Tuhan, mampu melakukan segala kebenaran. Tapi banyak orang yang beralasan untuk melakukan Firman. Ingat yang berkuasa adalah Tuhan, bukan pikiran kita. Ingat ayat tersebut tidak bisa diartikan untuk mencoba-coba/menjodoh-jodohkan pria dengan wanita tertentu.
1.Memilih pasangan seringkali mengandalkan perasaan dan tidak obyektif mendengarkan suara Tuhan. Kelihatan dari alasan jadiannya, seringkali remeh temeh seperti karena orangnya satu suku, baik, perhatian dan lembut. Lah, mau cari yang lembut, kapas juga lembut. Mari berdoa pada Tuhan, jangan mengandalkan perasaan sendiri, kita tidak akan bisa obyektif mendengar suara Tuhan. Maurice Cerullo berkata tidak ada hamba Tuhan yang sangat peka dalam perkara pasangan hidup, karena ini mainnya hati. Maurice Cerullo dan Daniel Alexander adalah contoh orang yang tidak menikah, tapi pernyataan pribadi belum tentu sama dengan suara Tuhan. Ternyata dalam waktu yang lain, Tuhan berkata dan menunjukkan siapa pasangan mereka.
2.Adanya konsep perjodohan ilahi yang salah(berdasarkan penglihatan/nubuatan saja)
Ini bukanlah menjadi tolak ukur. Apalagi gembala setempat yang mengatakan siapa jodoh siapa, seringkali yang mendengarkan malah menganggap hal itu dari Tuhan. Tapi saudara saudari, meski beliau adalah otoritas di atas kita, TETAP KITA HARUS MENGUJI DI HADAPAN TUHAN. Ujilah setiap nubuatan. Selanjutnya, Tuhan bisa saja memakai orang tua sebagai saluran suara Tuhan, perkataan dari orang tua pun harus diuji. Bukan masalah dari mana asalnya, siapa yang berkata jodoh siapa, intinya kita harus menguji di hadapan Tuhan.
Pelajaran dari Adam dan Hawa:
1.Sebelum mencari pasangan hidup, pastikan hidup sesuai Firman Tuhan atau di dalam panggilan tertinggi dari Tuhan (Destiny Ilahi).
Di sini sangat diperlukan kedewasaan rohani. Masa ada pasangan menikah hanya karena takut tidur sendirian. Justru orang yang berpasangan sudah tau panggilannya ke mana dan menjadi apa.
2.Memiliki hati murid yang mau belajar dan masuk dalam proses pembentukan.
Dari muda harus dibiasakan belajar. Bisa jadi dari apa yang kita belum mengerti sebenarnya telah disediakan menjadi milik kita. Pakailah teknologi yang ada untuk belajar. Masa-masa muda kita seharusnya dipakai untuk diproses oleh Tuhan mumpung belum menikah. Tekunlah melakukan kebenaran, saat teduh, baca Firman, menginjili, berdoa buat orang lain, dll.
3.Memiliki nilai-nilai kerajaan dalam kehidupan yang sama.
Bila salah satu memiliki nilai yang berbeda, maka pasangan tersebut tidak seimbang. Hati-hati. Suatu saat bisa menjadi pertentangan. Lembaga pernikahan bukanlah lembaga penginjilan.
4.Hubungan terbangun dalam kekudusan.
Dalam berpasangan anak Tuhan harus menjaga kekudusan. Seks sebelum menikah adalah dosa. Efeknya bisa hamil, kehilangan harga diri. Jadi seks sebelum menikah bukan sekedar kehilangan keperawanan. Nantinya seringkali malah tidak siap menerima pasangan yang dari Tuhan. Ciuman bahkan “french kiss” juga TIDAK BOLEH, itu membangkitkan berahi. Petting/saling menyentuh bagian atas juga TIDAK BOLEH. Tahan saja, tunggu menikah, diberkati dulu.
Dasar Firman 2, Kejadian 24
ISHAK – RIBKA
1.Perjodohan ala Siti Nurbaya
Eliezer berperan dalam perjodohan Ishak dan Ribka. Kenapa terjadi demikian? Karena kondisinya adalah Abraham berada di tempat asing yang jauh dari kerabat/keturunan yang memiliki nilai-nilai yang sama. Tetap saja, wanita yang mengambil keputusan terakhir, menerima atau tidak menerima pinangan tersebut. Wanita harus menguji di hadapan Tuhan.
2.Membutuhkan kehadiran seorang Eliezer.
Biasanya terjadi kepada orang yang intovert, suka menyendiri. Suara otoritas (seperti contohnya kisah Eliezer menjodohkan) bisa menjadi masukan, tapi tetap harus diuji.
- Prinsip dan standar rohani.
Otoritas melihat bahwa ada seseorang yang sudah memiliki prinsip dan standar rohani sehingga dia sudah siap. Jadi bukan sembarangan menjodohkan. Otoritas tersebut adalah orang yang memiliki hikmat Tuhan. Dia sudah mengenali baik pihak pria maupun wanita. Ini boleh saja terjadi.
Kualitas Eliezer, Kejadian 24
1.Dewasa di dalam Roh.
Tuhan tidak akan melanggar prinsip pertumbuhan rohani seseorang. Bukan orang yang parno, kuatiran. Tapi dia punya prinsip dan panggilan. Dewasa rohani bukanlah masalah berapa tahun sudah bertobat tapi apakah orang tersebut mau mendengar suara Tuhan dan merespon setiap panggilan Tuhan.
2.Memiliki posisi rohani yang jelas dan berotoritas.
Tentunya kita pernah bertemu orang yang berbeda, ada wibawa ilahi. Apalagi ketika dia bicara terjadi dan digenapi. Maka kita mengetahui bahwa orang tersebut sudah ditunjuk oleh Tuhan dalam posisi rohani tertentu.
3.Memiliki ketajaman roh.
Dia mendengar secara presisi. Bisa jadi yang menjadi “Eliezer” justru belum menikah, justru pada saat itulah dipakai untuk menjadi berkat. Kita bukanlah anjing yang menikah pada musimnya.
Mumpung belum berpasangan, latihlah diri kita. Karena ketika sudah berpasangan, ada waktu-waktu yang tidak bisa dilakukan semudah ketika masih sendiri. Mau baca buku, mesti nunggu anak tidur. Mau pelayanan mesti memikirkan pasangan pulang naik apa.
4.Hidup bagi kerajaan; Tidak punya agenda pribadi.
“Eliezer” tidak punya sambilan agenda lain. Maksudnya dia tidak tercampur motivasi pribadi. Hidupnya hanya memakai agenda Tuhan.
Jika kita bertemu “Eliezer” macam ini, kita bisa menjadikannya tolak ukur. Dia bisa pria maupun wanita. Dalam penyampaian bisa juga dalam bentuk obrolan biasa. Maka kita perlu berawas-awas. Bila kita dekat dengan Tuhan, maka akan ada damai sejahtera yang sama.
Dasar Firman 3, Kejadian 29
YAKUB – RAHEL
1.Memilih dan menetapkan sendiri siapa yang akan dinikahi.
Ini terjadi karena gagal mentaati kebenaran. Misalnya jadian karena kenalan dari media sosial. Jangan rendahkan diri kita sebegitunya.
2.Membayar harga yang SANGAT MAHAL.
Yakub bekerja keras 14 tahun untuk mendapatkan Rahel. Tidak hanya itu, ternyata Rahel dulunya adalah penyembah berhala (terafim). Ada perbedaan nilai iman di sini. Inilah pasangan yang jadian tapi tidak seiman. Bagaimana mau bicara kerajaan Allah bila tidak seiman. Bukan masalah umur sudah tua ya apa boleh buat, coba sadari ini kualitas macam apa. Kita yang sudah mengerti, jangan coba-coba.
Jangan kawatir dengan umur. Tuhan sudah menyediakan yang terbaik.
3.Mabuk cinta; hidup dalam alam fantasi.
Jangan mabuk cinta, harusnya sadar cinta donk. Kekurangan cinta tapi mencoba mendapatkannya dengan jadian adalah SALAH. Cinta yang murni dan tulus berasal dari Tuhan. Bagaimana mungkin kita berpasangan tanpa memiliki cinta yang murni, itu namanya eros alias nafsu seks. INGAT: SEKS BUKANLAH CINTA. Lihat di pelacuran, itu bukan cinta, hanya nafsu. Lihat di negara-negara yang seks bebas, yang dirugikan adalah wanita. Maka dari itu jangan hidup dalam fantasi, ingin berpasangan dengan seseorang. DOAKANLAH. Maka yang dari Tuhan akan menetap, yang bukan akan menguap dan hilang seiring waktu. Pria yang dewasa tidak melihat wanita dari kecantikan fisik tapi kecantikan rohani, nilai-nilai yang dimilikinya.
4.Beresiko salah pilih.
Jika kita salah menikah sama seperti memakai sepatu kekecilan/kebesaran tapi seumur hidup, tidak bisa diganti. Kasus KDRT sering terjadi karena salah berpasangan. Beda status ekonomi juga harus diperhatikan, apakah masih punya harga diri salah satunya. Bisa jadi konflik. Kalau salah satu masih egois, jangan menikah dulu. Beresin dulu itu egois. Hati-hati pula bila keduanya bekerja, harus ditanya komitmen bila akan mempunyai anak, saling bagi tugas dan siapa yang akan mengurus sewaktu jam kerja.
Dasar Firman 4, Kitab Rut
BOAS – RUT
Dipertemukan di LADANG. Ladang ini bicara ladang pelayanan. Boas dan Rut melambangkan 2 orang yang sudah dewasa rohani. Mereka bertemu dalam satu lingkup yang sama. Tapi hati-hati ada serigala-serigala yang memakai pelayanan untuk mencari jodoh.
Terjadi secara alami, mengagumi satu dengan lain. Boas tidur di lumbung, melambangkan orang yang bekerja hingga larut, tidak sempat pulang. Rut dikenal sebagai wanita yang rajin mengumpulkan jelai yang terjatuh dari penuaian. Terkadang berkat itu kecil, tapi bila kita menyadari dan menghargai, maka nilainya sangat besar.
Maka dari itu, hilangkan kriteria pasangan yang kita inginkan. Tentunya kita ingin menikah dengan dari yang suku tertentu. Tap biarlah standar dan kriteria Tuhan yang terjadi dalam hidup kita.
Rut dan Boas melibatkan orang tua dan pemimpin rohani sejak awal. Bisa dengan cara kita cerita dengan orang tua sewaktu sedang suka dengan lawan jenis. Sampaikan kepada pembimbing, bukan diam-diam. Suatu hubungan yang dibangun tanpa berterus terang, bisa jadi hubungan yang tidak beres. Justru pembimbing akan membantu dalam doa, karena kita akan menjadi tidak netral sewaktu berdoa pasangan hidup. Pembimbing juga adalah pribadi yang netral, tidak terpengaruh dengan latar belakang / urusan salah satu pasangan.
Pasangan ilahi akan segera melahirkan KEGERAKAN. Mereka adalah nenek moyang dari Yesus. Kita tidak boleh salah, hari ini kita berdoa sungguh-sungguh dalam pasangan hidup, maka lihat keturunan kita nanti adalah pembawa kegerakan di mana mereka berada.
Ingat, hidup kita berharga. Jangan merasa jelek, tidak laku, tapi kita adalah ANAK TUHAN.
Dampak yang terjadi dengan poin-poin yang dilakukan oleh Rut dan Boas:
1.Pria dapat menjadi orang yang bertanggung jawab.
Yang menyatukan manusia adalah Tuhan. Apa yang dipersatukan Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh manusia. Tidak ada cerai. Sekalipun kasus-kasus KDRT sudah menikah, ya pisah rumah dulu, bukan cerai. Seorang pembimbing ketika muridnya jadian/tidak jadian ya pembimbing tidak dapat untung apa-apa. Tapi ketika sudah jadian akan menjadi PR pembibing untuk menyamakan frekuensi mereka berdua.
2.Wanita tidak begitu saja dirugikan.
Ini karena banyak pihak yang dilibatkan artinya banyak yang menjagai. Bila Boas akan bertindak serampangan/kawin lagi, para tua-tua akan menegur. Bila pasangan sedang bertikai, butuh penengah yaitu pembimbing untuk menjembatani. Pembimbing harus menjadi hakim yang adil, dari kedua belah pihak.
3.Hubungan yang dibangun akan tumbuh dengan sehat.
Tentunya ini terjadi pula ketika bertemu keluarga, bawa sesuatu ketika bertemu orang tua. Bagaimanapun orang tua masih manusia, maka berikan makanan kesukaan beliau. Pasti keluarga akan terlibat,misalnya dalam hal acara pernikahan. Ada orang tua yang sudah mempersiapkan biaya untuk acara pernikahan, tapi anaknya bahkan tidak tahu karena tidak mau berkomunikasi. Komunikasi yang sehat menjauhkan dari cemburu, selingkuh dan saudara-saudaranya. Komunikasi sangat penting di antara pasangan. Belum tentu pasangan kita tahu masalah kita, sekalipun dia adalah nabi. Ya komunikasikan donk.
4.Jika ada kasus-kasus pada salah satu pihak, pemimpin rohani dapat membereskan sebelumnya.
Sekali lagi, pembimbing adalah pihak netral yang dapat menjembatani kedua pihak bila ada permasalahan.
5.Keluarga kedua belah pihak dapat mempersiapkan diri.
Bisa ayah atau ibu dapat membantu memberi pengertian bila ada perbedaan latar belakang dari kedua pasangan.
Contoh lainnya: Hakim-hakim 14
SIMSON – DELILA
Mereka tidak sama nilainya. Dimulai dengan eros – nafsu belaka. Hatinya keras, tidak mau ditegur. Maka dia kehilangan visinya, ditandai dengan dicungkilnya mata Simson. Hati-hati dengan hubungan yang dimulai dengan eros belaka. Kasihan keturunan kita nantinya. Mungkin KTP agamanya Kristen, tapi apakah sudah lahir baru? Jangan sembarangan pula mencari yang sekedar kaya. Bila menikah belum tentu ekonomi masih didukung orang tua.
Pria yang menyatakan Kristus.
1.Pria yang memberikan dampak kuat (Efesus 5:25). Bila kita tidak menjadi teladan hari ini, maka efeknya adalah keturunan kita nantinya.
2.Pria yang memiliki kuasa dan membawa perubahan dalam hidup (Efesus 5:26-27). Ayo naikkan disiplin rohani kita. kalau masih takut mengambil keputusan, ayo ambil keputusan. Jangan menjadi peragu, seperti air di daun talas.
3.Apa yang dilakukan pria adalah taburan, sekali waktu akan menuai (Ef 5:28-30).
4.Pria yang memiliki nilai-nilai dan gaya hidup kerajaan (Ef 5:31-32). Bila suka menabur, teruslah menabur. Prinsip kerajaan adalah bicara terbiasa mentaati suara Tuhan. Hal kerajaan adalah investasi, belajar, tidak percaya bahwa kesempatan datang sekali, bagi kita kesempatan datang berkali-kali. Hal kerajaan ini harus dilihat dengan IMAN.
7 penyebab umum dalam memilih pasangan yang SALAH.
1.Keputusan menikah dibuat terlalu cepat. Karena usia, desakan keluarga, alasan ekonomi.
2.Keputusan dibuat pada usia yang terlalu muda. Terjadi karena lingkungan, tradisi keluarga.
3.Satu atau kedua-duanya terlalu berhasrat untuk menikah. Karena sudah ngebet, tidak bisa mengendalikan diri.
4.Satu atau kedua-duanya mungkin memilih pasangan untuk menyenangkan orang lain. Bisa karena orang tua, keluarga/lingkungan, pemimpin rohani.
5.Dasar pengalaman terlalu sempit. Karena terlalu penyendiri, tidak memiliki banyak teman/sahabat, gampang jatuh cinta. Dengan banyak bertemu orang lain, kita bisa mengenali berbagai macam karakter orang. Jangan jadi menyesal setelah menikah muda tapi masih mau main.
6.Pasangan mempunyai pengharapan-pengharapan yang tidak realistis. Bisa jadi happily ever after atau malah menjadi pelarian dari masalah yang dihadapi. Jangan punya cicilan kalau tidak punya penghasilan. Ini juga bukan berarti mengubur mimpi, justru ayo bermimpi. Menjadi realistis misalnya dalam hal menetapkan mimpi, masakan ingin punya rumah 2 M tapi minta penghasilan hanya 10 juta. Boleh menikah dengan pesta tapi realistis pula dana yang dimiliki berapa. Masakan menikah pesta tapi berhutang di mana-mana. Pernikahan bukanlah jalan keluar dari masalah keluarga, justru akan menambah masalah jika memaksakan untuk menikah dengan tujuan memperbaiki ekonomi. Orang yang menikah adalah orang yang sudah terlepas dari ikatan, yaitu orang yang merdeka.
- Satu atau kedua-duanya mungkin mempunyai kepribadian yang tidak benar atau memiliki masalah tingkah laku. Lebih baik dia membereskan dulu sebelum menikah.
J4U prosedur – internal!
1.Berdoa kepada Tuhan, dan sebaiknya minta ayat Firman Tuhan
2.Bicara ke pembimbing bahwa sudah mendoakan pasangan hidup
3.Bila sudah yakin, kembali bicarakan kepada pembimbing untuk maju meyatakan
4.Pembimbing pria memberitahukan ke pembimbing wanita tanpa menyebut nama
5.Pembimbing wanita memberitahukan ke murid tanpa menyebut nama
6.Menyatakan keyakinan dan cinta. Bila diterima, konfirmasi ke pembimbing masing-masing lalu diumumkan/bersaksi. Bila ditolak, konfirmasi ke pembimbing masing-masing lalu berdoa kembali untuk pasangan hidup secara umum, bukan orang tertentu. Ingat, kita orang Indonesia, cara jadian ala ala Barat atau Korea belum tentu juga pasangan kita berkenan menerima, pakailah cata kekeluargaan. Tidak perlu pula kepahitan bila ditolak, karena bisa saja wanita tersebut belum siap. Jadilah tenang. Bila kesan mengenai wanita itu tetap kuat, maka tetaplah berdoa, komunikasikan dengan pembimbing.
Jangan pula apa yang kita awali dengan roh diakhiri dengan daging, sudah jadian harusnya sinergi dalam pertumbuhan, bukan malah hilang entah kemana dari pergerakan. Jangan kubur potensi luar biasa yang Tuhan berikan. Justru seharusnya semakin menguatkan satu dengan yang lain. Bila sudah mulai kendor, ingatkan kembali pasangan kita agar menjadi kuat.
Persekutuan J4U Bandung
Sabtu, 21 April 2018
Pembicara: Yorga Parnadi
Tema: Pasangan Hidup
Venue: Kalya Hotel, Rg. Cipaganti, Lt. 1
- Published in Catatan Khotbah
Pasangan Hidup
Persekutuan J4u Bandung
Sabtu, 14 Febuari 2015
Pembicara : Yorga Parnadi
Tema : Pasangan Hidup
Venue : Rg. Azalea 2, Lt. P1, BTC
Pernikahan adalah hal yang penting, bukan sesuatu yang sembarangan. Sebenarnya, ada orang-orang yang dipanggil untuk menikah, ada yang tidak menikah dan ada juga yang menyerahkan pernikahannya pada Tuhan. Maka dari itu, kita sebagai anak Tuhan memiliki cara berpasangan yang berbeda dengan dunia. Kita seringkali mendengar kata ”sepadan” di dalam berpasangan, mari kita cermati kitab Kejadian 2:18-20.
Pada ayat 18, Tuhan Allah berfirman:” Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan baginya.” Kita dapati bahwa ide awal kita berpasangan adalah dari Tuhan. Jika ide awalnya dari manusia, kita bisa salah berpasangan.
Selanjutnya di ayat 19, Tuhan memberi pekerjaan pada Adam. Adam adalah gambaran pria yang mengerjakan panggilan Tuhan. Ketika Adam bersatu dengan Hawa, maka ada tanggung jawab yang selanjutnya. Pria yang sudah berpasangan adalah pria yang siap dan tahu kapan menikah. Jika dia tidak tahu kapan akan menikah, maka sesungguhnya dia BELUM siap berpasangan, suatu saat jika dia mendapati ketidakcocokkan maka akan meninggalkan pasangannya.
Kita, pria atau wanita, bukanlah murahan. Tampan dan cantik tidak selalu bicara hal fisik. Film hollywood telah salah menampilkan arti kata pria macho dan perkasa hanya karena penampilan yang kekar. Pria perkasa sebenarnya adalah pria yang bisa menjaga komitmen, janji dan kesetiaannya. Contohnya adalah menjaga janji pernikahan. Orang yang melanggar janji pernikahannya akan menerima kutuk, karena janji pernikahan dilakukan di hadapan Tuhan dan jemaat Tuhan.
Amsal 18:22, ” Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN.”
Maka berdoalah pada Tuhan, siapakah pasangan hidup kita. Bukan dengan tebar pesona sana-sini. Berdoa di sini bukan bicara durasi, lama atau sebentar, justru akan bermanfaat sebagai berikut:
- Kita akan terjaga dari gampang jatuh cinta.
- Kita akan diajar oleh Tuhan tentang hal-hal sederhana untuk belajar bertanggung jawab.
- Kita menutup kemungkinan dari salah berpasangan.
- Kelemahan-kelemahan pribadi kita akan Tuhan hancurkan. Minder atau kesombongan.
Hati-hati terhadap motivasi yang salah dan kriteria-kriteria yang kita buat tapi bukan dari Tuhan. Serahkan kriteria yang kita buat pada Tuhan.
Amsal 19:14, “Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang, tetapi isteri yang berakal budi adalah karunia TUHAN.”
Salah berpasangan justru membawa duka. Pertanyaannya adalah di mana kita mendapat pasangan yang berakal budi? Tidak mungkin kita mendapat pasangan di tempat hina. Anak Tuhan seharusnya mencarinya dengan berdoa. Setelah dapat konfirmasi dari Tuhan, barulah melakukan pendekatan, BUKAN pendekatan dulu baru berdoa.
Syarat-syarat yang harus digenapi:
- Kita sudah siap untuk memasuki pernikahan
- Jangan memilih pasangan karena selera kedagingan kita Amsal 31:30
- Jangan memilih hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan eksternal. (Kekayaan, Pendidikan Formal dll ). Amsal 10:22
- Lakukan proses Peneguhan sebelum menyatakan Cinta. Amsal 31:3
Kita bukanlah binatang yang menikah pada musimnya. Kita menikah pada WAKTUNYA Tuhan, bukan karena yang lain di sekitarnya sudah. Jadian juga bukan merupakan suatu perlombaan. Maka berdoalah yang benar, sehingga tidak menjadi khawatir.
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk berdoa mengenai pasangan hidup:
- Berdoalah secara umum, bukan fokus pada satu orang. Tuhan akan berbicara melalui banyak hal. Jika belum peka, lebih baik perbaiki saat teduh kita dulu.
- Uji lagi. Terbukalah kepada pembimbing. Maurice Cerullo pernah berkata bahwa dalam urusan pasangan hidup tidak ada seorangpun yang terlalu peka, karena menyangkut emosional, maka perlu bantuan orang lain.
- Khusus bagi pria, tanya Tuhan kapan dan bagaimana menyatakan kepada calon pasangan. Hati-hati sembarangan bicara tentang wanita yang sedang kita doakan, ini untuk menghindari salah paham.
- Jika sang wanita punya pembimbing, pembimbing pria akan bertemu dengan pembimbing wanita, untuk menanyakan apakah sang wanita sedang berdoa tentang pasangan hidup atau tidak. Pembimbing wanita akan menyampaikan kepada sang wanita, bahwa ada pria yang sedang mendoakan dia, sampai situ saja, tidak perlu sampai ke detil.
- Jika sudah dapat konfirmasi dari Tuhan, sang pria tinggal info ke pembimbingnya untuk menyatakan kepada sang wanita. Pilihlah tempat dan waktu yang pas.
Lembaga pernikahan bukanlah lembaga penginjilan, justru sebelum menikah kita memastikan pasangan sudah lahir baru. 2 Korintus 6:14-15 menyatakan kita harus berpasangan dengan yang percaya.
Kecantikan atau Ketampanan Rohani
- Orang yang hidup dalam takut akan Tuhan. Mazmur 128:1
- Orang yang Cakap (keterampilan, intelektualitas, mau belajar). Amsal 12:4;31:10
- Orang yang berakal budi dan berhikmat. Amsal 19:14
- Lemah Lembut dan Tentram 1Petrus 3:4
Tuhan pasti memberi pasangan yang kita kasihi, hati-hati berburuk sangka pada Tuhan. Hindari pula membawa-bawa nama Tuhan atau menyalahkan Tuhan karena pasangan kita. Coba cek lagi proses di awalnya, bisa jadi ada yang salah di awalnya. Jika salah berpasangan, kita seperti memakai sepatu beda ukuran seumur hidup, tanggung sendiri resikonya.
Boaz dan Ruth (Terjadi pernikahan visi)
1. Dipertemukan di ladang Rut 2:5-6.
◦ Tuhan mempertemukan di ladangNYA.
◦ Mengetahui destiny Ilahi/visi.
2. Dimulai dari rasa kagum.
3. Melibatkan orang tua dan Pemimpin rohani sejak awal.
Pernikahan visi bicara tentang bagaimana menjalani visi berdua dengan pasangan. Jika hanya salah satu yang memiliki visi maka yang satu akan memadamkan yang lain. Nantinya akan bermasalah di bayar harga kepada Tuhan.
Dampak ketika kita berdoa berpasangan dengan benar:
- Pria menjadi orang yang bertanggung jawab
- Pihak wanita tidak begitu saja dapat dirugikan
- Hubungan yang dibangun akan tumbuh dengan sehat
- Jika ada “kasus-kasus khusus” maka Pemimpin rohani dapat mempersiapkan (misalnya dari pihak keluarga tidak setuju)
- Keluarga kedua belah pihak dapat mulai mempersiapkan diri dan mengenali
Sesi Tanya jawab:
Tanya : Bagaimana jika pasangan yang sudah yakin dari Tuhan tetapi sering terjadi perselisihan/pertengkaran dan merasa tidak cocok kemudian mulai ragu dengan jawaban Tuhan?
Jawab : Sebelum menikah memang masih boleh putus. Maka sebaiknya sebelum jadian, pastikan kita uji ulang dan sebagai pasangan saling membangun satu sama lain. Jika ada luka, maka dipulihkan dulu.
Tanya: Bagaimana membangun komunikasi yang baik jika keduanya sibuk pelayanan?
Jawab: Sebisa mungkin pasangan bisa mengatur waktu khusus (quality time). TIDAK BISA kita beralasan sibuk pelayanan tapi keluarga terlantar.
Tanya: Bagaimana jika pasangan memiliki visi yang berbeda?
Jawab: Coba cek ulang, apakah visi dari Tuhan atau hanya ambisi pribadi. Bisa jadi penyampaian yang berbeda tapi sebenarnya sejalan. Tetapi jika memang berbeda, maka kembali kepada pasangan tersebut apakah mau lanjut atau tidak, apakah mau memilih level pasangan yang memiliki visi atau sekedar berpasangan.
Tanya: Jika sudah menyatakan tetapi ditolak, bagaimana membereskan hati yang tertolak tersebut?
Jawab: Coba cermati, apakah muncul luka setelahnya? Mungkin kita terlalu fokus pada lukanya. Jika bukan dari Tuhan maka akan hilang. Kita harus membereskan luka tersebut, ampuni kejadiannya, supaya tidak terulang di pasangan yang sebenarnya, atau malah kita jadi takut berpasangan karena trauma ditolak sebelumnya. Bereskan di hadapan Tuhan.
Tanya: Bagaimana jika kita memiliki kriteria yang sudah kita tetapkan? Jika mendapat pasangan berbeda dengan kriteria, apakah harus ditolak?
Jawab: Ada kasus dimana Tuhan tidak menghilangkan kriteria kita, tetapi BERSIAPLAH dengan yang dari Tuhan. Menetapkan kriteria memang baik, hanya jangan sampai menolak yang dari Tuhan.
Tanya: Apakah yang dimaksud pernikahan visi disini harus sama atau boleh berbeda asal saling menerima dan mendukung?
Jawab: Tidak harus selalu sama. Misalnya pria di bidang pendidikan, wanita di bidang membangun generasi. Memang berbeda warna tapi sejalan. Contoh di Alkitab adalah Priskila dan Akwila. Priskila maju ke depan sedangkan Akwila mendukungnya dari belakang. Jangan sampai berlawanan, dibutuhkan kedewasaan lebih untuk bisa mengenali dan membicarakan teknis bersama-sama menjalankan visi.
- Published in Catatan Khotbah
Pasangan Hidup yang Profetik
J4u, 29 Juni 2013
Pembicara : Ko Ade Nugroho
- Ada 2 tipe manusia – 1 Korintus 2:14
1. Manusia daging / duniawi (psuchikos)
adalah manusia yang belum menerima Yesus (lahir baru).
termasuk juga manusia yang sudah percaya tapi duniawi.
2. Manusia roh / rohani (pneumatikos)
- Bait Allah yang hidup
1 Korintus 3 : 16 -> yang tinggal di dalam kita adalah Roh Allah
Bait Allah =
1. Pelataran
Tempat ‘daging’ (korban bakaran) dibakar
2. Ruang kudus
Tempat memuji dan meninggikan nama Tuhan
3. Ruah maha kudus
Tempat Allah bertahta, tempat Allah hadir
Kenapa ada orang percaya yang duniawi / kedagingan? Karena tidak berhasil menyalibkan kedagingannya.
Menyalibkan kedagingan -> sangkal diri, pikul salib, ikut Dia.
Pesan : “murid harus sanggup melepaskan paradigma bukan murid.”
Murid berbicara tentang hidup, bukan aktivitas.
Murid berbicara tentang bayar harga.
Murid merelakan, menyerahkan hal yang paling berharga baginya pada Tuhan.
- Garis Tegas
1 Korintus 6:14-18 -> pasangan hidup yang PERCAYA kepada Yesus.
Bagaimana menemukan pasangan hidup yang dari Tuhan?
Berikut contoh-contoh yang tertulis di Alkitab.
1. Adam dan Hawa (Kejadian 2:18-23)
– ide pernikahan berasal dari Tuhan (ayat 18)
mendahului Tuhan = tidak bergerak bersama-sama dengan Tuhan.
– sedang bekerja dalam panggilan Tuhan
– masing-masing pasangan UTUH untuk melengkapi satu sama lain sehingga terjadi multiplikasi
UTUH : Yesus yang mengisi segala aspek hidup kita.
2. Ishak dan Ribka (Kejadian 24:1-27)
Terjadi lewat perjodohan. Pointnya, siapa yang menjodohkan.
– “eliezer” harus orang yang takut akan Tuhan
– “eliezer” mencari orang yang takut akan Tuhan, yang satu DNA
Ujilah segala sesuatu! Respon seorang murid adalah berdoa.
3. Yakub dan Rahel (Kejadian 29:15-30)
4. Boas dan Rut (Rut 1-4)
– Tuhan pertemukan di ladang (visi, panggilan, pelayanan) – Rut 2
– Jangan jadikan lembaga pernikahan sebagai lembaga penginjilan
– Rut sudah mengenal Tuhan (Rut 1:16-17)
– Orang tua atau Bapa rohani harus dilibatkan
– Masing-masing pasangan menghormati dan menjaga kekudusan (Rut 3)
– Bersiaplah (Rut 3)
Fokuslah pada Tuhan, ladangNya, dan tujuan hidupmu. Maka, Tuhan akan membawa pasangan yang tepat bagimu.
- Apa yang harus dilakukan
– Berdoa / doakan
– Share ke pembimbing rohani
– Bertemanlah dengan banyak orang
– Jaga kekudusan dalam pernikahan
– Rendah hati, lebih baik “putus” tapi selamat seumur hidup (Amsal 21:9,19)
- Yakinkah pasangan hidupmu dari Tuhan?
– Ujilah segala sesuatu (1 Tesalonika 5:21)
– Membawamu makin dekat dengan Tuhan (1 Korintus 15:33)
- Published in Catatan Khotbah
Pasangan Hidup
J4u, 28 Januari 2012
Pembicara : Ka Yorga
Yang ditekankan:
1. Lesbian dan homo tidak ada
2. Firman Tuhan ada untuk didengarkan dan dilakukan
Di dalam alkitab, tidak ditemukan kata ‘pacaran’, ini berarti alkitab tidak mengajarkan untuk coba – coba. Coba – coba pasangan hanya bagi mereka yang tidak mengenal Tuhan dan ragu ragu dengan pasangannya.
Contoh Pasangan di Alkitab:
1. Adam dan Hawa (Kejadian 2 : 20 – 21)
Ketika Adam menamai semua makhluk di bumi, ia tidak mendapati pasangan yang sepadan (sesuai / seimbang) dengannya. Salah berpasangan sama seperti salah memakai sepatu seumur hidup, karena tidak boleh bercerai didalam Tuhan. Maka sebelum berpasangan, kenali diri sendiri dulu. Jangan khawatir ketika belum memiliki pasangan, karena kebutuhan paling utama bagi pria dan wanita adalah Tuhan.
2. Ruth dan Boas (Ruth 2 : 1 – 6; 3 : 4-5; 4 : 2 – 11)
Boas mengenal para pegawainya (ia tahu saat ada Ruth diladangnya). Boas juga seorang yang sopan, terbukti ketika ia memanggil orang orang yang seharusnya menebus Naomi dan Ruth. Orang – orang yang melanggar kekudusan hanya akan mendapat berkat ke dua. Mereka tidak akan diberkati saat pernikahan, melainkan mendapat peneguhan. Dosa dari kekudusan yang dilanggar harus dibereskan, karena jika tidak dosa itu akan berdampak pada keturunannya. Boas dan Ruth adalah pasangan yang bekerja di ladang yang sama dan mengerjakan apa yang menjadi panggilan mereka.
Berpasangan adalah :
1. Pasangan yang dari Tuhan
2. Waktunya Tuhan
3. Caranya Tuhan (sehingga berkat Tuhan turun)
“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 korintus 6 : 14 )
Tidak bisa kita merubah sifat / keyakinan pasangan kita, yang dapat kita lakukan hanya menjadi contoh bagi pasangan kita.
yang digariskan di J4u:
1. Sebelum menyatakan cinta, doakan dulu.
2. Terbuka pada pembimbing dengan membicarakan perkara ini.
7 mitos pernikahan:
to be continued..
- Published in Catatan Khotbah